Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin akan berhadapan dengan orang-orang yang tidak selalu bersikap baik terhadap kita. Namun, justru di dalam interaksi tersebut kita bisa menemukan pelajaran berharga.
Bagaimana kita merespon ketika berhadapan dengan orang yang kurang baik bisa menjadi ujian bagi kesabaran dan keikhlasan kita. Di sinilah kita diajak untuk terus belajar dan mengasah kemampuan untuk tetap ikhlas dalam berbuat baik.
Allah mengajarkan dalam Al-Qur’an, “Dan tiadalah (balasan) amal perbuatan kamu itu, melainkan (pahala) dari amal perbuatan kamu sendiri. Dan siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8)
Jadi, ketika kita berbuat baik kepada orang yang tidak baik kepada kita, kita sebenarnya sedang berinvestasi pada kebaikan dan pahala yang akan kita dapatkan di akhirat. Ingatlah, tidak perlu mencari pengakuan dari manusia, karena keikhlasan sejati adalah saat kita berbuat baik semata-mata untuk mencari ridho Allah.
Semoga pengalaman bertemu dengan orang yang kurang baik menjadi ladang pembelajaran untuk kita semua. Mari kita terus belajar, berusaha, dan tetap ikhlas dalam setiap langkah kebaikan yang kita lakukan.
Namanya, Hidup… memang penuh warna, terkadang kita bertemu dengan orang-orang baik yang menyemangati dan menyenangkan, namun tak jarang juga kita berjumpa dengan orang yang mungkin tidak begitu menyenangkan, bahkan mungkin kurang baik kepada kita. Tapi, tunggu dulu, ada kebijaksanaan yang mengatakan bahwa kita harus tetap berbuat baik kepada orang yang tidak baik. Mengapa?
Ya, karena berbuat baik kepada orang yang baik kepada kita adalah suatu kewajiban, tapi ketika kita mampu berbuat baik kepada orang yang kurang baik pada kita, di situlah terkandung pahala yang besar. Dalam Islam, kebaikan itu tidak akan pernah merugikan kita. Sebaliknya, berbuat baik adalah investasi yang pasti memberikan kebaikan balik pada kita.
Seiring dengan itu, iman dan sifat rendah hati akan selalu menyatu. Rasulullah pernah bersabda, “Barangsiapa yang rendah hati karena Allah, niscaya Allah akan memuliakannya.” (HR. Muslim) Maka, rendah hati adalah kunci untuk membuka pintu kebaikan yang lebih besar.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita dianjurkan untuk tidak membenci, tidak merendahkan, dan tidak mudah marah. Rasulullah bersabda, “Tidak halal bagi seorang Muslim untuk menjauhi saudaranya lebih dari tiga malam. Apabila keduanya bertemu, dan yang satu menyapanya dengan salam, sedangkan yang lain tidak menyahutinya, maka yang paling akhirlah yang menyandera hak itu.” (HR. Al-Bukhari)
Selain itu, sebagai orang berilmu, semakin banyak ilmu yang kita miliki, semakin menyenangkan kita. Kita bisa belajar dari asatidz salaf yang selalu santun dan sabar, meskipun mungkin mereka dikritik oleh orang yang belum mendapat hidayah. Kebaikan hati, kelemahlembutan, dan sikap bijaksana mereka menjadi teladan bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap orang lain.
Jadi, mari kita renungkan bersama bahwa berbuat baik itu adalah investasi kebaikan untuk diri kita sendiri. Jangan biarkan kemarahan, dendam, dan kebencian meracuni hati kita. Sebaliknya, mari tumbuhkan kebaikan, rendah hati, dan kesabaran dalam setiap interaksi dengan sesama. Inilah kunci untuk hidup bahagia dan penuh berkah. Barakallahu fiikum
Masyaallah..
Barakallahu fiik.
Berbuat baik tanpa menunggu org melakukan atau membalas hal yg sama.
Wa fiiki barakallahu, maaciw udah mampir di blog aku, kak say…