Dzikir dan doa adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan seorang Muslim. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri mencontohkan betapa pentingnya dzikir meski beliau telah diampuni seluruh dosanya. Melalui dzikir, seorang Muslim mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampun, serta memohon kebaikan di dunia dan akhirat.
Mengapa Dzikir Itu Penting?
Dalam hadis riwayat Ibnu Umar, disebutkan bahwa Rasulullah membaca dzikir “Robbighfirlii wa tub ‘alayya innaka anta tawwaabul ghofuur“ sebanyak 100 kali dalam satu majelis. Rasulullah sendiri yang sudah dijamin ampunan tetap memperbanyak istighfar sebagai tanda ketundukan dan pengingat bagi kita bahwa setiap Muslim lebih perlu memperbanyak dzikir.
‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata, “Kami pernah menghitung bacaan dzikir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu majelis. Beliau ucapkan, “Robbighfirlii wa tub ‘alayya innaka anta tawwaabul ghofuur”(Wahai Rabbku, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan ampunan)”, sebanyak 100 kali.” (HR. Ibnu Majah)
Masalah dan kesulitan dalam hidup sering kali disebabkan oleh dosa-dosa yang belum terampuni. Dengan memohon ampunan kepada Allah melalui dzikir dan doa, seorang Muslim akan lebih mudah menghadapi kehidupan di dunia, dan insya Allah mendapatkan kemudahan di akhirat.
Adab dalam Berdoa
Ketika berdoa, seorang Muslim disunnahkan untuk:
- Memulai dengan memuji Allah sebelum menyampaikan permohonan.
- Memohon ampunan atas dosa terlebih dahulu, baru kemudian menyampaikan permohonan lainnya.
Selain itu, setiap selesai majelis atau pertemuan, dianjurkan membaca dzikir “Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik”. Dzikir ini menjadi kafarah atau pelebur dosa-dosa kecil yang mungkin terjadi selama berada dalam majelis, seperti perkataan yang kurang pantas atau kealpaan yang terjadi tanpa disengaja.
Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata di akhir majelis jika beliau hendak berdiri meninggalkan majelis, “Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik (artinya: Maha Suci Engkau Ya Allah, segala pujian untuk-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau dan aku meminta ampunan dan bertaubat pada-Mu).”
Ada seseorang yang berkata pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, engkau mengucapkan suatu perkataan selama hidupmu.” Beliau bersabda, “Doa itu sebagai penambal kesalahan yang dilakukan dalam majelis.” (HR. Abu Daud, no. 4857; Ahmad, 4: 425. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Manfaat Dzikir dalam Majelis
Rasulullah juga mengingatkan pentingnya berdzikir di majelis. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah, disebutkan bahwa setiap majelis yang di dalamnya tidak ada dzikir kepada Allah hanya akan membawa penyesalan di kemudian hari. Hal ini mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga lisan dan selalu melibatkan urusan akhirat dalam setiap aktivitas sehari-hari.
3. Doa untuk Orang yang Mengucapkan Ghofarollaahu Laka
Ketika seseorang berdoa kepada kita dengan mengucapkan, “Ghofarollaahu laka” (Semoga Allah memberikan ampunan kepadamu), maka balaslah dengan “Wa laka” (Begitu juga kamu) (HR. Ahmad). Doa ini mengajarkan kita untuk saling mendoakan ampunan, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga untuk saudara-saudara kita, sebagaimana firman Allah dalam QS. Muhammad ayat 19, “Maka mohonlah ampunan atas dosamu dan (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.”
4. Bab 87 Hadits 198 Rasa Terima Kasih yang Lebih dari Pujian
Ketika kita menerima kebaikan dari orang lain, Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk membalasnya dengan doa “Jazakallahu khairan” yang berarti “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.” Ini merupakan bentuk rasa terima kasih yang lebih tinggi daripada sekadar pujian, karena di dalamnya terkandung harapan dan doa yang baik bagi si pemberi kebaikan.
Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang diperlakukan baik, lalu ia mengatakan kepada pelakunya, ‘Jazakallahu khairan (artinya: Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan)’, maka sungguh ia telah sangat menyanjungnya.” (HR. Tirmidzi)
Doa Sebagai Bentuk Syukur dan Terima Kasih
Bersyukur kepada manusia sejatinya adalah bagian dari syukur kepada Allah. Rasulullah juga menegaskan, “Barang siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka dia tidak berterima kasih kepada Allah.” Hal ini mengajarkan kepada kita pentingnya untuk tidak mengingkari kebaikan orang lain.
Memahami Balasan Kebaikan dalam Islam
Islam juga mengajarkan untuk membalas keburukan dengan kebaikan. Meskipun membalas keburukan dengan setimpal diperbolehkan, yang paling utama adalah memaafkan kesalahan tersebut. Balasan kebaikan yang dilakukan pada orang yang berbuat buruk kepada kita adalah bentuk kedewasaan dan kecerdasan seorang Muslim dalam mengatasi emosinya, sebagaimana dalam ajaran Islam, memaafkan adalah pilihan terbaik.
Jika seseorang memberikan kita hadiah, dianjurkan untuk membalasnya dengan kebaikan yang sama. Jika nilainya terlalu besar dan kita tak mampu membalasnya, dianjurkan untuk memperbanyak doa sebagai bentuk balasan yang setara.
Dzikir dan doa bukan hanya sekadar rutinitas, melainkan perwujudan dari rasa syukur, permohonan ampun, dan penyejuk hati seorang Muslim. Dengan memperbanyak dzikir dan doa, seorang Muslim berusaha untuk selalu dekat dengan Allah dan memohon keberkahan dalam kehidupannya di dunia maupun akhirat. Mari kita terus memperbanyak dzikir dan menjaga lisan agar setiap ucapan yang keluar senantiasa membawa manfaat dan menjadi amal yang dicatat sebagai kebaikan.
Kajian Kitab “Makna Dzikir & Doa” #51
Ustadz Muhammad Anwar, Lc. M.Pd
Masjid Al Ikhlas Dukuh Bima, Bekasi