Di usia saya yang baru masuk ke-32 tahun, usia mamah saya baru masuk 50 tahun.
Beliau memang menikah muda, dan kalau kami jalan bareng, sering dikira kakak-adik. Hehe.
Saya sadar betul bahwa angka umur bisa banget memengaruhi persepsi orang.
Tapi jujur aja, ada satu hal yang masih sering bikin saya geli sendiri: dipanggil “ibu-ibu.”
Bukan karena saya menolak tua, dan bukan juga karena saya nggak siap jadi orang tua. Tapi, cara orang menyapa itu seringkali mencerminkan ego, menciptakan jarak sosial, atau menunjukkan “rasa hormat” yang justru salah sasaran.
Saya tahu maksudnya mungkin hormat. Tapi tidak semua perempuan merasa dihargai dengan sapaan itu. Apalagi kalau konteksnya nggak pas. Kadang rasanya… tua banget gueee.
Kalau Anak Usia 7 Tahun Manggil “Ibu”, Masih Masuk Akal
Diriwayatkan bahwa usia umat Nabi Muhammad ﷺ berkisar antara 60–70 tahun:
“Umur umatku antara 60 sampai 70 tahun. Dan sedikit dari mereka yang melampauinya.” (HR. Tirmidzi)
Jadi kalau usia saya sekarang sudah 32 tahun ya, bisa dibilang sudah setengah jalan. Saya menikah di usia 23 tahun. Kalau langsung punya anak, ya sekarang anak saya sudah berusia sekitar 8 tahun. Jadi kalau anak kecil usia 7 tahun manggil saya “ibu”, itu logis.
Tapi kalau yang manggil saya “ibu” itu orang yang lebih muda 7 tahun dari saya, misalnya umur 25 tahun…maaf-maaf nih, rasanya pengen saya cubit pakai mindset.
Kita udah minta pelan-pelan, “Panggil aja kakak, santai kok.”
Eh tetep aja ngotot “ibu”, katanya biar sopan.
Padahal adik kandung saya sendiri beda 11 tahun.
Hormat Itu Niat Baik, Tapi Perlu Perasaan
Sering banget saya dengar orang bilang:
“Tapi kan itu tanda hormat, makanya panggil bapak / ibu”
Ya, saya ngerti. Tapi cara menghormati orang beda-beda. Dan nggak semua orang merasa dihormati dengan dipanggil “ibu”. Bahkan banyak perempuan yang sudah punya anak lima, usia di atas 50 tahun pun lebih suka dipanggil ‘kakak’ atau namanya langsung.
Menurut Psikolog Meity Arianti:
“Jangan dianggap sepele, beberapa perempuan itu tak suka dipanggil ‘ibu’, ‘bunda’, atau ‘mami’. Panggilan itu ngaruh banget buat beberapa perempuan.”
Kadang, sapaan yang niatnya menghormati malah bikin canggung, atau lebih parah: bikin merasa dikotakkan usia. Padahal belum tentu cocok.
Panggilan ‘Kakak’? Cocok, Tapi Tergantung Konteks
Saya juga sering ketemu orang yang usianya lebih tua dari saya, tapi malah manggil saya “kakak”.
Nah ini yang bikin saya juga ngerasa nggak nyaman banget.
Lho, saya ini lebih muda loh dari kamu.
Bahkan kadang, yang manggil saya “kakak” itu usianya lebih tua dari mamah saya sendiri. Masa iya saya dipanggil kakak? Kenapa sih nggak panggil nama aja langsung kalau memang kita seusia atau dia lebih tua?
Karena buat saya, saya nggak akan panggil orang yang sepantaran bahkan lebih muda dari saya pakai sapaan “kakak” atau “mas”. Saya cukup panggil nama saja.
Tapi kalau memang lebih tua, saya panggil “kakak” sebagai bentuk hormat.
Dan kalau memang usianya selevel mamah saya, barulah saya panggil “ibu” itu baru pas, pantas, dan realistis.
Jadi sistem saya begini:
-
Lebih muda → panggil nama
-
Lebih tua → panggil kakak
-
Seumuran orang tua → baru panggil ibu
Adil, realistis, dan nggak maksa!
Lucunya, ibu-ibu seusia mamah saya kadang malah panggil “mbak” atau bahkan “ibu” 😅
Tapi ya… ada juga kok orang yang lebih muda dari saya jauh, tapi panggil saya langsung pakai nama dan jujur HAPPY banget. haha. Lebih terasa akrab dan santai.
Jadi… kalau kamu lebih nyaman panggil saya nama saja, trust me I’m more than okay with that. 😄
Jadi kadang harus siap juga denger panggilan “ibu” yang dilempar asal, meskipun hati kecil ini masih teriak lirih,
“Emang kamu anak saya?” 😌
“Mbak” Juga Bukan Jawaban Universal
Saya juga nggak terlalu nyaman dipanggil “mbak”, to be honest.
Bukan karena saya benci budaya Jawa, tapi saya bukan orang Jawa.
Karena percaya deh, semua orang punya preferensi sendiri soal panggilan.
Dan menghormati pilihan itu adalah bagian dari komunikasi yang baik.
Jadi, buat kamu yang suka banget panggil semua perempuan dengan “ibu” boleh loh sesekali tanya, “Kamu nyaman dipanggil apa?”
Karena nggak semua hormat itu harus lewat sebutan yang membuat orang merasa tua, jauh, atau nggak dikenal.
Dan buat kamu yang suka banget ngotot pakai sapaan formal demi alasan “kesopanan”… coba tanya lagi ke diri sendiri: “Ini benar-benar sopan, atau cuma gengsi yang dibungkus etika?”
Jadi kalau kamu yang lagi baca ini usianya di bawah saya alias 31 tahun ke bawah boleh banget panggil saya “kakak”, ya. Tapi kalau kamu usianya 32 tahun atau bahkan lebih tua dari saya, ya udah… panggil nama aja langsung. Oke? Oke dong 😄✌️
Kalau belum kenal, oke lah panggil “kak-kak”, “bu-bu”, atau apa pun yang terasa aman.
Tapi kalau udah kenalan, dan sebenarnya juga tahu usia masing-masing berapa…
Ya, disesuaikan lahhh…
Nggak perlu lebay hormat, tapi juga jangan maksa formal. Yang penting nyaman dua arah, bukan sekadar ikut template sosial.
Jujur saja, dibanding dipanggil “ibu”, saya jauh lebih nyaman dengan sapaan “Ummu Farid” (ibunya Farid) atau cukup “Umm” saja, Wkwk.
Kalau kamu juga pernah ngerasa nggak nyaman dipanggil “ibu”, “mbak”, “bunda”, atau sejenisnya, drop pendapat kamu di komentar. Barakallahu fiikum…






