Ketika datang ke pertimbangan antara membeli rumah dan mendaftar untuk haji atau umrah, banyak dari kita merasa bingung tentang mana yang harus didahulukan. Kita terkadang terjebak dalam perdebatan antara kebutuhan materi dan panggilan spiritual. Namun, penting bagi kita untuk memahami bahwa dalam agama Islam, prioritas hidup tidak selalu sejalan dengan apa yang mungkin kita pikirkan secara duniawi.
Allah berfirman dalam Al-Quran, “Dan sungguh balasan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mereka bertaqwa” (QS. Yusuf: 57).
Firman Allah ini menggarisbawahi pentingnya fokus pada kehidupan akhirat, di mana pahala dan keberkahan yang sejati terletak.
Seorang individu yang memiliki kesempatan dan dana cukup untuk berangkat haji atau umrah seharusnya memprioritaskan perjalanan spiritual tersebut, bahkan jika itu berarti menunda kepemilikan rumah.
Rasulullah bersabda, “Sungguh, tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah ‘Azza Wa Jalla, kecuali Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dari sesuatu itu bagimu” (HR Ahmad 23074, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 2/734).
Mungkin terlihat aneh bagi sebagian orang bahwa seseorang memilih untuk menunda kepemilikan rumah demi mendaftar haji atau pergi umrah. Namun, setiap individu memiliki prioritas yang berbeda-beda dalam hidup mereka, tergantung pada kebutuhan dan keadaan pribadi. Hal yang lebih penting bagi seseorang mungkin bukanlah kebutuhan material, tetapi pencapaian spiritual yang lebih besar.
Dalam perjalanan menuju haji atau umrah, ada kesempatan besar untuk mendapatkan keberkahan dan ampunan dari Allah. Rasulullah bersabda, “Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumrah, mereka adalah tamu-tamu Allah. Allah memanggil mereka, dan mereka pun ternyata memenuhi panggilan Allah itu. Jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah kabulkan” (HR. Ibnu Majah 2357. dihasankan Al Albani dalam Shahih Ibni Maajah).
Namun, penting untuk diingat bahwa niat kita haruslah murni dan semata-mata untuk mencari ridha Allah.
Rasulullah bersabda artinya, “Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan al-Baihaqi).
Kisah perjalanan spiritual menuju haji dan umrah juga mengajarkan kita untuk mengandalkan Allah dalam segala hal.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, “… Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya….” (QS. Al Talaq: 3)
Dengan mengutamakan haji dan umrah, kita mengajarkan diri kita untuk mengandalkan Allah dalam semua aspek kehidupan kita. Ini bukan hanya tentang memperoleh keberkahan materi, tetapi juga tentang memperkaya jiwa dan memperkuat iman kita.
Maka, mari kita prioritaskan perjalanan spiritual kita dan berharap agar Allah memberkahi langkah-langkah kita dalam mencapai-Nya. Semoga kita semua menjadi hamba yang taat dan bertaqwa, yang menempatkan kepentingan akhirat di atas segalanya. Aamiin. Barakallahu Fiikum