Hai teman-teman! Saya mau cerita nih, tentang perjalanan promil yang mungkin bisa jadi inspirasi buat yang lagi berjuang juga. Kami memutuskan untuk cek ke dokter obgyn setelah setahun lebih menikah, tepatnya tanggal 21 Juli 2018, saat usia saya masih 25 tahun.
Sebelum datang ke dokter, tentu saja udah banyak banget baca artikel di web tentang promil. Pasti yang pertama kali di-check adalah usg rahim. Nah, usg ini ternyata punya banyak jenis, lho! Ada USG abdominal dan USG transvaginal. Kalau yang abdominal, dilakukan di bagian luar perut dengan cara mengoleskan gel ke seluruh area perut. Sementara yang transvaginal, metode pemeriksaan internal dengan memasukkan transduser ke dalam Miss V. Awalnya, sempat nanya-nanya ke teman yang juga sedang promil, dan pada ceritanya, usg di perut itu enak, happy-happy. Tapi, saya sendiri takut sekali kalau harus usg melalui vagina.
Dengan keberanian datang ke Halobayi untuk promil. Dan benar saja, dokter menyarankan untuk usg transvaginal. Capek dan pasrah, saya berusaha rileks, tapi tetap aja susah masuk. Sempat kaku dan sulit, tapi tiba-tiba dokter berhasil memasukkan alatnya. Saya bingung, kenapa susah masuk ya?
Saya bertanya ke dokter, “Dok, kenapa ya? Apa saya vaginismus?” Dokter dengan sabar menjelaskan bahwa rahim saya baik dan normal, alhamdulillah, bersih ceunah. Dokter menyarankan untuk turun berat badan sekitar 15 kg, mengingat berat badan saya saat itu 70 kg. Setelah berhasil turun berat badan, saya diminta datang lagi.
Inilah hasil usgnya, Pada saat itu, biaya untuk menjalani pemeriksaan USG transvaginal cukup terjangkau, hanya 200 ribu rupiah.
Tapi tiba-tiba, saya cek hasil pemeriksaan yang menyebutkan dugaan PCOS dan vaginismus. Bingung, euy…
Jadi, intinya, perjalanan promil ini memang penuh liku-liku dan kejutan, tapi saya yakin semuanya bakal nyambung ke arah yang baik. Insyaallah, cerita ini akan terus berlanjut. Semangat untuk kita semua yang sedang berjuang!