Tidak ada kebaikan yang dapat menyamai jasa kedua orangtua. Namun, kita diperintahkan untuk tetap berusaha membalas kebaikan mereka dengan cara yang mampu kita lakukan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ridho Allah tergantung pada ridho orangtua, dan murka Allah tergantung pada murka orangtua.” (HR. Tirmidzi)
Membalas Jasa Orangtua dengan Kebahagiaan
Membalas kebaikan orangtua tidak selalu berarti memberi materi atau harta benda. Ada cara lain yang lebih bermakna, yaitu menyenangkan hati mereka.
Menanamkan rasa bahagia di hati kedua orangtua adalah amal yang dicintai Allah. Bahkan, menemani mereka di waktu tua bisa menjadi wujud nyata birrul walidain.
Dalil Utama: Kewajiban Berbakti di Atas Jihad
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata : “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ! aku datang dan ingin berjihad bersamamu. Aku datang ke sini sementara kedua orang tuaku menangisi.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Kembalilah kepada keduanya. Buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau telah membuat mereka menangis !”
[HR Ahmad, Abu Dâwud dan Ibnu Mâjah]
Siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang banyak dan kelapangan (rezeki dan hidup). Siapa yang keluar dari rumahnya untuk berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian meninggal (sebelum sampai ke tempat tujuan), sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An Nisa: 100)
Amalan-amalan luar biasa seperti jihad dan hijrah, meskipun memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam, masih kalah dibandingkan dengan amalan berbakti kepada orangtua. Jihad dan hijrah hukumnya fardhu kifayah, sementara berbakti kepada kedua orangtua hukumnya fardhu ‘ain, yang berarti kewajiban setiap individu.
Amalan berbakti kepada orangtua tidak hanya menjadi kewajiban, namun juga salah satu amal yang paling dicintai oleh Allah.
Abu ‘Amr Asy-Syaibani meriwayatkan, pemilik rumah ini (seraya menunjuk ke rumah Abdullah bin Mas’ud) menyampaikan kepadaku; “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Rasul menjawab, “Shalat pada (awal) waktunya.” “Kemudian apa lagi?” Nabi Menjawab lagi, “Berbakti kepada kedua orang tua.”Aku bertanya kembali.” “Kemudian apa lagi?” “Kemudian jihad fi Sabilillah.”
Ini menunjukkan bagaimana Islam memuliakan peran orangtua di atas banyak amalan lainnya.
Dosa Besar: Menangisi Orangtua dengan Kesedihan
Membuat orangtua menangis karena durhaka adalah dosa besar. Rasulullah ﷺ bersabda tentang tiga dosa terbesar:
- Syirik kepada Allah
- Durhaka kepada orangtua
- Ucapan dusta
Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?” (Beliau mengulanginya tiga kali) Mereka (para Shahabat) menjawab, “Tentu saja, wahai Rasûlullâh.” Beliau bersabda, “Syirik kepada Allâh, durhaka kepada kedua orang tua.” –Ketika itu beliau bersandar lalu beliau duduk tegak seraya bersabda:– “Dan ingatlah, (yang ketiga) perkataan dusta!” Perawi berkata: “Beliau terus mengulanginya hingga kami berharap beliau diam. (HR. Bukhari & Muslim)
Namun, jika orangtua memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan syariat, kita tetap wajib menolaknya dengan cara baik, tanpa kasar atau keras. Allah berfirman:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, namun pergaulilah mereka di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15)
Kisah Para Salaf: Keteladanan dalam Berbakti
Banyak kisah dari kalangan sahabat yang menunjukkan birrul walidain, seperti Abu Hurairah yang dikenal sangat berbakti kepada ibundanya.
“Kasih sayang antara ibu dan anak tercermin indah dalam kisah Abu Hurairah yang diriwayatkan dalam hadits ini. Dalam perjalanan bersama Abu Murrah, ketika memasuki kampung halamannya di Aqiq, Abu Hurairah menyapa ibunya dengan salam penuh cinta, ‘Alaikis salam warahmatul Laahi wa barakaatuh, wahai Ibu!’ Sang ibu pun menjawab dengan kehangatan yang sama, ‘Wa ‘alaikas salaam wa rahmatullaahi wa barakaatuh.’
Dalam momen penuh haru itu, Abu Hurairah memanjatkan doa tulus untuk ibunya, ‘Semoga Allah menganugerahi kasih sayang-Nya kepada Ibu, seperti Ibu telah memberikannya kepadaku sewaktu aku masih kecil.‘ Ibunya pun membalas dengan doa yang tak kalah indah, ‘Wahai putraku! Semoga Allah memberimu balasan terbaik dan meridhaimu sebagaimana kamu telah berbakti kepadaku di usia senjaku. Ya Allah, berkatilah harta dan anak-anak kami!’
Kisah ini, yang diriwayatkan oleh Bukhari, menjadi teladan abadi tentang cinta, bakti, dan doa yang mengikat hati ibu dan anak dalam ridha Allah.”
Kunci Keberkahan Ilmu: Berbakti kepada Orangtua
Para ulama menyebutkan bahwa keberkahan ilmu seseorang terletak pada birrul walidain. Seorang anak yang berbakti kepada orangtuanya akan dimudahkan dalam mencari ilmu dan kehidupannya akan penuh keberkahan.
Ridho Allah dalam Ridho Orangtua
Ridho orangtua sangatlah penting. Bahkan, Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa ridho Allah bergantung pada ridho orangtua. Membalas jasa orangtua bisa diwujudkan dengan cara sederhana seperti menemani mereka, membuat mereka bahagia, dan berdoa untuk kebaikan mereka.
Mari jadikan birrul walidain sebagai prioritas utama dalam kehidupan kita. Semoga Allah ﷻ senantiasa memberikan kita kemampuan untuk berbakti dan menjaga ridho kedua orangtua. Aamiin. Barakallahu fiikum
Kajian Kitab “Al-Adab al-Mufrad” oleh Muhammad bin Ismail bin Ibrahim (Imam Bukhari)
Ustadz Muhammad Shoim, Lc
Masjid Al-Ikhlas, Dukuh Bima. Bekasi