Dalam kehidupan ini, nikmat hidayah adalah salah satu anugerah terbesar dari Allah. Mendapatkan hidayah adalah sesuatu yang sangat berharga, namun lebih penting lagi adalah menjaga dan memeliharanya agar tetap istiqomah. Dalam hal ini, kita dianjurkan untuk senantiasa berdoa kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk tetap teguh dalam hidayah yang telah diberikan.
Salah satu hal yang harus diwaspadai oleh setiap Muslim adalah merasa lebih baik dari orang lain. Perasaan merendahkan atau meremehkan orang lain, meskipun hanya tersirat dalam hati, adalah sifat yang berbahaya. Jika perasaan ini muncul, segera beristighfar dan mohon perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari sifat ujub. Sebab, sifat ini bisa menjadi sebab dicabutnya hidayah oleh Allah.
Dicintai oleh sesama manusia adalah sesuatu yang membahagiakan. Seorang istri yang dicintai oleh suaminya, seorang anak yang merasakan kecintaan dari orangtuanya, atau seorang murid yang disayangi oleh gurunya, semuanya adalah bentuk kebahagiaan. Namun, bayangkan jika seseorang dicintai oleh Allah. Ini adalah kebahagiaan yang tiada tara.
Doa yang diajarkan kepada rasulullah:
Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot wa hubbal masaakiin, wa an taghfirolii wa tarhamanii, wa idza arodta fitnata qowmin fatawaffanii ghoiro maftuunin. As-aluka hubbak wa hubba maa yuhibbuk wa hubba ‘amalan yuqorribu ilaa hubbik
Artinya: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta aku memohon pada-Mu supaya bisa mencintai orang miskin, ampunilah (dosa-dosa)ku, rahmatilah saya, jika Engkau menginginkan untuk menguji suatu kaum maka wafatkanlah saya dalam keadaan tidak terfitnah. Saya memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu)”.
(HR. Tirmidzi no. 3235 dan Ahmad 5: 243. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Doa ini mengajarkan kita untuk mencintai amal-amal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Setelah berdoa, langkah selanjutnya adalah menghadiri majelis ilmu untuk menuntut ilmu, karena ilmu adalah jalan untuk lebih dekat kepada Allah.
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Point 17: Orang-orang yang Berbakti kepada Orangtua
Berbakti kepada orangtua adalah ibadah yang memiliki kedudukan tinggi dalam Islam, bahkan berada di urutan kedua setelah perintah tauhid. Ini bukan sekadar anjuran, tetapi sebuah kewajiban. Durhaka kepada orangtua termasuk dosa besar, sebagaimana sabda Rasulullah:
“Maukah kalian aku kabarkan dosa yang paling besar dari yang lain? Berbuat kesyirikan kepada Allah dan durhaka kepada orang tua.”
Berbakti kepada orangtua, terutama ketika mereka telah memasuki usia senja, adalah ujian yang berat. Allah berfirman dalam Al-Quran:
“Dan tatkala kedua orangtuamu memasuki usia lanjut, janganlah berkata ‘ah’ atau ‘uhft’ kepada mereka.“ (QS. Al-Isra: 23)
Setiap hari yang berlalu membawa kita dan orangtua kita lebih dekat kepada akhir perjalanan hidup ini. Jangan sia-siakan kesempatan untuk meraih surga melalui pintu berbakti kepada orangtua. Salah satu pengorbanan yang bisa kita lakukan untuk dicintai oleh Allah adalah dengan berbakti kepada orangtua. Banyak amal yang bisa kita lakukan, tetapi di antara yang paling dicintai oleh Allah adalah shalat di awal waktu, berbakti kepada orangtua, dan berjihad di jalan Allah.
Sebagai pasangan, suami istri harus menjadi pendukung terbaik satu sama lain dalam berbakti kepada orangtua. Hadits dan ayat tentang berbakti kepada orangtua sangat banyak dan menunjukkan betapa pentingnya ibadah ini.
Berbakti kepada Orangtua yang Sudah Meninggal
Bagaimana dengan berbakti kepada orangtua yang sudah meninggal? Salah satu caranya adalah dengan menjadi anak sholih yang terus mendoakan orangtuanya. Rasulullah bersabda:
“Apabila seorang manusia meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya.“
- Sedekah Jariyah: Sedekah yang terus mengalir pahalanya, seperti berkontribusi dalam pembangunan masjid atau bentuk lain yang bermanfaat bagi banyak orang. Jangan ragu untuk bersedekah, sekecil apa pun, karena Allah akan menggantinya dengan balasan yang berlipat ganda, hingga 700 kali lipat atau lebih. Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui.
- Ilmu yang Bermanfaat: Ilmu yang diajarkan dan dimanfaatkan oleh orang lain akan menjadi amal yang terus memberi pahala, bahkan setelah kita meninggal dunia. Ilmu ini dapat berupa pengetahuan agama, keterampilan, atau nasihat yang berguna bagi kehidupan seseorang.
- Anak yang Sholeh: Anak yang sholeh yang mendoakan orangtuanya adalah salah satu bentuk amal yang tak terputus. Anak sholeh tidak hanya berarti anak kandung, tetapi juga bisa berupa anak sambung atau murid yang dididik dengan baik. Teruslah ajarkan kebaikan kepada anak-anak, dengan tujuan akhirat sebagai orientasi utama. Carilah lembaga atau lingkungan yang dapat membantu membentuk keshalihan mereka, sehingga mereka dapat terus mendoakan dan berbuat baik kepada orang yang telah berjasa dalam hidup mereka.
Berbakti kepada orangtua yang sudah meninggal dapat dilakukan dengan cara:
- Mendoakan Orangtua: Doakan orangtua agar Allah mengampuni dosa-dosanya, melapangkan kuburnya, memberikan kenikmatan surga, serta meringankan hisabnya. Doa anak yang sholeh adalah salah satu amal yang dapat terus memberikan pahala kepada orangtua meskipun mereka telah tiada.
- Menyambung Silaturahim: Jalin dan pertahankan hubungan baik dengan kerabat yang memiliki ikatan dengan orangtua kita, seperti tante, om, nenek, dan lainnya. Ini termasuk dalam bentuk bakti kepada orangtua yang sudah meninggal.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits: “Bakti kepada orangtua yang tertinggi adalah dengan menyambung hubungan dengan siapa saja yang dicintai oleh orangtuanya dalam kebaikan.” Mencintai kerabat, sahabat, atau guru yang dicintai orangtua kita adalah bentuk bakti yang mulia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya.” (HR. Muslim no. 2552)
Kisah tiga orang yang terjebak dalam gua menjadi contoh nyata bagaimana berbakti kepada orangtua bisa menjadi amal andalan yang menyelamatkan kita dari kesulitan. Salah satu dari mereka berdoa dengan menyebutkan amal baktinya kepada orangtua, dan dengan izin Allah, batu yang menutup gua itu pun terbuka.
Berbakti kepada orangtua adalah salah satu karakteristik hamba yang dicintai Allah. Kajian ini merujuk pada Buku Ahbabullah (Para Kekasih Allah) karya Syeikh Dr. Abdul Azhim bin Badawy, yang disampaikan oleh Ustadz Rizal Yuliar Putrananda pada 10 Agustus 2024 (5 Shofar 1446 H). Marilah kita semua berusaha untuk menjadi hamba yang dicintai Allah dengan menjalankan amal-amal yang diridhai-Nya, termasuk berbakti kepada orangtua. Barakallahu fiikum.