Allah menciptakan pasangan suami istri dan menurunkan syariat menikah sebagai jalan untuk mencapai kehidupan yang penuh berkah. Dalam pernikahan, dua insan dari latar belakang dan kebiasaan yang berbeda bersatu dalam satu keluarga. Tak jarang, perbedaan ini menjadi sumber ketidakselarasan, namun bukan untuk dicari persamaannya, melainkan untuk dipahami dan diterima.
Kebesaran Allah dalam Pernikahan
Allah berfirman dalam Al-Qur’an bahwa salah satu tanda kebesaran-Nya adalah Dia menciptakan pasangan dari jenis kita sendiri agar kita bisa hidup tenang bersama mereka.
Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar Rum: 21)
Allah menumbuhkan cinta dan kasih sayang di hati pasangan suami istri, bukan di akal. Sesungguhnya, hati manusia ada di tangan Allah, dan Dia bisa membolak-balikkan hati sesuai kehendak-Nya. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berdoa agar Allah menetapkan hati kita dalam agama-Nya.
Dari Syahr bin Hawsyab, ia berkata, “Aku berkata kepada Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ‘Wahai Ummul Mukminin, doa apa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ia berada di sisimu?’ Ummu Salamah menjawab, ‘Yang paling sering dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah: YAA MUQOLLIBAL QULUUB TSABBIT QOLBII ‘ALA DIINIK (artinya: Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).’” (HR. Tirmidzi)
Mencari Ketenangan pada Pemilik Hati
Ketika rumah tangga mengalami ketidaktenangan, jangan mencari solusi di dunia. Ketenangan sejati hanya bisa ditemukan dengan mengingat Allah. Allah berfirman bahwa barangsiapa yang bertakwa kepada-Nya, Dia akan memberikan jalan keluar dari setiap masalah.
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. At Talaq: 2-3)
Manusia diciptakan dengan berbagai kesulitan, namun dengan mencari ketenangan kepada Allah, kita akan menemukan kedamaian di dunia dan akhirat.
Pentingnya Memaafkan dalam Rumah Tangga
Salah satu kunci kebahagiaan rumah tangga adalah saling memaafkan. Setiap manusia pasti melakukan kesalahan, termasuk suami dan istri. Dalam pernikahan, sangat dibutuhkan sikap saling memaafkan karena pasangan kita bukanlah manusia yang sempurna. Al-Qur’an mengajarkan agar kita menahan amarah dan memaafkan orang lain.
(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Ali Imran: 134)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, dan Allah akan menambahkan kemuliaan bagi orang yang suka memaafkan.
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya” (HR. Muslim No. 2588).
Rasulullah bersabda: “Ada tiga perkara yang aku bersumpah atas ketiganya yaitu:
1. Tidak berkurangnya harta karena sedekah, maka bersedekahlah.
2. Tidaklah seseorang yang memaafkan perbuatan orang yang dzalim kepada dirinya, melainkan akan Allah tambah kemuliaan.
3. Dan tidaklah seseorang membuka pintu atas dirinya untuk meminta-minta kepada manusia, melainkan akan Allah buka untuknya pintu menuju kefakiran”
(HR. Ahmad)
Contoh Teladan dari Nabi Yusuf dan Rasulullah
Kisah Nabi Yusuf yang dikhianati oleh saudara-saudaranya namun tetap memaafkan mereka adalah contoh luar biasa dari sikap pemaaf. Begitu juga dengan Rasulullah saat menaklukkan kota Mekkah, beliau memaafkan orang-orang yang sebelumnya menyiksa kaum Muslimin. Sikap pemaaf Rasulullah menjadi teladan bagi kita untuk senantiasa mudah memaafkan.
Akui Kesalahan dan Meminta Maaf
Mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah tindakan mulia yang mendekatkan kita kepada Allah. Setiap anak Adam pasti bersalah, namun sebaik-baik mereka adalah yang bertaubat. Rasulullah mengajarkan agar kita mengikuti keburukan dengan kebaikan. Jika kita mudah memaafkan kesalahan orang lain, Allah juga akan mudah memaafkan kesalahan kita.
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”. (HR Tirmidzi)
Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada permusuhan denganmu serta-merta menjadi seperti teman yang sangat setia. (QS. Fussilat: 34)
Kesimpulan
Hidup dalam rumah tangga penuh dengan tantangan dan masalah. Namun, dengan ketakwaan kepada Allah dan sikap saling memaafkan, kita bisa mencapai ketenangan dan kebahagiaan. Ingatlah selalu bahwa semua tindakan kita harus didasarkan pada perintah Allah, bukan semata-mata karena pasangan kita. Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk memaafkan dan mengakui kesalahan, serta mendapatkan keridhaan Allah. Aamiin. Barakallahu Fiikum
Kajian bersama Ustadz Ali Nur Medan, Lc hafidzhahullah
Masjid Al Azhar Summarecon
Kamis, 27 Juni 2024 (20 Dzulhijjah 1445 H)