Dalam perjalanan hidup, safar atau perjalanan jauh membawa kita ke berbagai tantangan, baik dari segi fisik maupun spiritual. Harta yang rusak dapat diperbaiki, namun jika agama seseorang rusak dalam safar, dampaknya sangat merugikan. Maka, bekal yang paling penting dalam safar adalah taqwa. Ketakwaan dan perlindungan diri dari kemaksiatan, agar perjalanan membawa berkah, bukan sebaliknya. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam safar menurut bimbingan doa dan dzikir yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.
2. Doa Orang Mukim bagi Musafir
أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيمَ عَمَلِكَ
ASTAWDI’ULLOHA DIINAKA, WA AMAANATAKA, WA KHOWAATIIMA ‘AMALIK.
Artinya: Aku menitipkan agamamu, amanahmu, dan amal terakhirmu kepada Allah
زَوَّدَكَ اللَّهُ التَّقْوَى وَغَفَرَ ذَنْبَكَ وَيَسَّرَ لَكَ الْخَيْرَ حَيْثُمَا كُنْتَ
ZAWWADAKALLOHUT TAQWAA, WA GHOFARO DZANBAKA, WA YASSARO LAKAL KHOIRO HAITSUMAA KUNTA.
Artinya: Semoga Allah membekalimu ketakwaan, mengampuni dosamu, dan memudahkan kebaikan untukmu di mana pun kamu berada.
Makna: Safar bukan hanya tentang kesiapan materi dan rencana, namun tentang keimanan dan ketakwaan. Ketika seseorang memulai safar, ia rentan terhadap berbagai dosa, karena itu penting untuk memohon perlindungan dan kekuatan dari Allah agar mudah dalam kebaikan.
Faidah: Bekal taqwa tidak hanya berguna di dunia tetapi juga untuk akhirat. Allah berfirman, “Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Al-Baqarah: 197)
102. Bertakbir dan Bertasbih ketika Safar
Ketika dalam perjalanan, Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya memiliki kebiasaan dzikir saat melewati jalan yang naik atau turun:
- Saat Naik: Ucapkan “Allahu Akbar”
- Saat Turun: Ucapkan “Subhanallah”
Sebagian ulama menyampaikan bahwa dzikir sebaiknya dilakukan terutama saat safar, tetapi praktik ini juga bisa diterapkan dalam perjalanan sehari-hari, meskipun kita tidak sedang bepergian jauh. Manusia hanya terbebas dari berdzikir ketika berada di toilet atau dalam keadaan tidak sadar seperti tidur.
Dzikir dapat dilakukan dalam berbagai situasi ketika makan, minum, masuk atau keluar dari kamar mandi, bahkan saat membuka atau melepas pakaian, serta saat naik kendaraan.
Sunnah dalam berdzikir selama safar adalah melakukannya dengan suara yang tidak keras, hanya terdengar oleh diri sendiri, seperti ucapan “Allahu Akbar” dan “Subhanallah.”
Dahulu, Rasulullah ﷺ pernah menasihati sahabat yang berdzikir dengan suara keras.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika sampai ke suatu lembah, kami bertahlil dan bertakbir dengan mengeraskan suara kami. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Wahai sekalian manusia. Lirihkanlah suara kalian. Kalian tidaklah menyeru sesuatu yang tuli dan ghaib. Sesungguhnya Allah bersama kalian. Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Maha berkah nama dan Maha Tinggi kemuliaan-Nya.” (HR. Bukhari, no. 2992 dan Muslim, no. 2704).
Faidah: Ketika kita mengucapkan takbir saat menaiki tempat yang lebih tinggi dan tasbih saat menurun, kita sebenarnya sedang mengingatkan diri untuk menghindari sifat sombong. Ketika perasaan mampu, hebat, dan kuat muncul, kita harus menegaskan bahwa hanya Allah yang Maha Kuat. Dengan bertakbir, kita mengagungkan-Nya dan mengikis perasaan kesombongan tersebut, karena sombong sekecil biji sawi pun dapat menghalangi seseorang dari masuk surga.
Saat berdzikir, kita merenungkan betapa Maha Besarnya Allah, dan menyadari bahwa kita ini tidak ada apa-apanya. Semua kekuatan yang kita miliki berasal dari-Nya. Ketika kita menuruni jalan yang semakin menyempit atau dalam keadaan tidak nyaman, bertasbihlah dengan “Subhanallah” untuk memohon pertolongan-Nya.
Sebagaimana Nabi Yunus berada dalam tempat gelap dan berdoa: “La ilaha illa Anta, Subhanaka, inni kuntu minadzolimin” (Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim). Ketika kita menghadapi bahaya, basahi lisan kita dengan tasbih agar selalu dekat dengan Allah.
103. Doa Musafir Menjelang Subuh
Bagi musafir yang terbangun menjelang waktu sahur atau subuh, terdapat doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersafar dan bertemu dengan waktu sahur, beliau mengucapkan,
سَمَّعَ سَامِعٌ بِحَمْدِ اللَّهِ وَحُسْنِ بَلاَئِهِ عَلَيْنَا رَبَّنَا صَاحِبْنَا وَأَفْضِلْ عَلَيْنَا عَائِذًا بِاللَّهِ مِنَ النَّارِ
“Samma’a saami’un bi hamdillahi wa husni balaa-ihi ‘alainaa. Robbanaa shohibnaa wa afdhil ‘alainaa ‘aa-idzan billahi minan naar (Semoga ada yang memperdengarkan pujian kami kepada Allah atas nikmat dan cobaan-Nya yang baik bagi kami. Wahai Rabb kami, peliharalah kami dan berilah karunia kepada kami dengan berlindung kepada Allah dari api neraka). (HR. Muslim no. 2718)
Faidah: Doa ini adalah bentuk ketergantungan kepada Allah, memohon agar kita selalu diberi kebaikan dan perlindungan selama perjalanan. Ketergantungan hati kepada Allah dalam setiap kondisi adalah bukti iman dan keikhlasan seorang muslim.
Nikmat Allah itu sangat melimpah dan tiada batasnya. Setiap saat, kita dapat merasakan berbagai kenikmatan dari-Nya, jadi mari kita selalu berdzikir.
Seringkali, kita mengingat kebaikan orang yang pernah berjasa, meskipun mereka hanya sekali memberi traktiran. Namun, tidak sebanding dengan nikmat yang Allah berikan kepada kita setiap waktu. Oleh karena itu, jangan sampai kita lalai dalam mensyukuri semua nikmat-Nya.
Gunakan lisan kita untuk selalu memuji Allah, dan manfaatkan anggota tubuh kita untuk beribadah kepada-Nya. Dengan demikian, kita dapat lebih dekat kepada-Nya dan menghargai setiap detik kehidupan yang telah diberikan.
104. Doa Singgah di Tempat Baru
Dari Khowlah binti Hakim As Sulamiyah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ
“Barangsiapa yang singgah di suatu tempat kemudian dia mengucapkan, ”A’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq (Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan setiap makhluk)”, maka tidak ada satu pun yang akan membahayakannya sampai dia pergi dari tempat tersebut.” (HR. Muslim no. 2708)
Bacalah dzikir ini dengan penuh keyakinan, karena dengan itu, tidak ada sesuatu pun yang dapat membahayakan kita sampai kita meninggalkan tempat tersebut.
Faidah dari dzikir ini adalah sebagai bantahan terhadap kebiasaan orang-orang jahiliyah yang dahulu meminta perlindungan kepada penghuni tempat atau makhluk yang tidak kita ketahui. Dalam Surat Al Jinn, dijelaskan bahwa meminta pertolongan kepada jin hanya akan menambah celaka.
Sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari (kalangan) manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari (kalangan) jin sehingga mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat. (QS. Al Jinn: 6)
Oleh karena itu, kita harus selalu ingat bahwa satu-satunya perlindungan yang hakiki datang dari Allah. Hanya kepada-Nya kita memohon perlindungan, dan hanya kepada-Nya kita berserah diri.
Mengingat Allah dalam Berbagai Kondisi
Seorang muslim dianjurkan berdzikir kapanpun dan dimanapun, kecuali di tempat-tempat yang dilarang, seperti toilet. Berdzikir saat makan, minum, naik kendaraan, hingga saat singgah di tempat baru (rest area, penginapan, atau bandara) adalah sunnah yang membawa keberkahan dalam safar.
Hikmah Berdzikir Saat Safar
Safar tidak sekadar bepergian fisik, tetapi juga perjalanan hati dan jiwa. Melalui dzikir, kita mengingat bahwa dunia hanyalah persinggahan sementara. Perjalanan di akhirat kelak jauh lebih panjang, dan hanya taqwa yang menjadi bekal utama kita.
Sebagai seorang muslim, senantiasa berdzikir, memperbanyak doa, dan menjaga taqwa adalah langkah utama dalam mengisi setiap safar dengan kebaikan. Semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah di setiap perjalanan, serta mendapat rahmat dan petunjuk-Nya hingga kembali dalam keadaan yang lebih baik. Aamiin. Barakallahu Fiikum
Kajian Kitab “Makna Dzikir & Doa” #56
Ustadz Muhammad Anwar, Lc. M.Pd
Masjid Al Ikhlas Dukuh Bima, Bekasi