Setiap orang pasti pernah mengalami penyesalan terhadap masa lalunya. Begitu banyak “kalau saja” yang menghantui pikiran kita.
“Mungkin jika dulu saya lebih berhati-hati dalam memilih makanan, saya tidak akan mengidap penyakit ini sekarang.”
“Kalau saja dulu saya sering mendengarkan murrotal Quran, mungkin sekarang saya sudah hafal 30 juz.”
“Andai saja saya memutuskan untuk berhijab syari dari dulu.”
“Saya seharusnya tidak pacaran dulu.”
Dan begitulah, penyesalan selalu datang di akhir perjalanan.
Tetapi, tidak ada gunanya terlalu larut dalam penyesalan. Yang terpenting adalah kita menyadari kesalahan kita dan bertaubat kepada Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon.” (HR. Muslim)
Allah senang kepada hamba-Nya yang bertaubat, karena Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Kesalahan di masa lalu harus dijadikan pelajaran berharga untuk masa depan. Kita berharap agar anak cucu kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Allah itu Maha Pemurah, Maha Penyayang dan Maha Pengampun atas hamba-hambaNya.
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori, pembatu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita tidak berdosa jika tidak tahu hukum agama. Namun, kita berdosa jika kita mengetahui hukumnya namun tetap melanggarnya. Jangan sampai kita termasuk orang yang tahu bahwa suatu perbuatan haram, namun tetap melakukannya.
Contoh: Ketika seseorang yang sebelumnya bekerja di bank ribawi tanpa mengetahui bahwa itu dianggap haram. Setelah dia sadar akan keharamannya, dia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Dalam hal ini, pendapatan yang sudah dia peroleh dari pekerjaan tersebut sebelum dia mendapatkan pengetahuan tentang keharamannya masih boleh dia manfaatkan, karena pada saat itu dia belum memiliki ilmu tentang hukum tersebut.
Pendapat yang diajukan oleh Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa, 29: 267, menyatakan bahwa jika seseorang memiliki pekerjaan di tempat riba dan sebelumnya mengetahui bahwa hal itu dianggap halal, kemudian ia diberi penerangan bahwa pekerjaan tersebut haram, atau mungkin sebelumnya keharamannya masih dipertentangkan, namun kemudian ia mengetahui keharamannya, maka harta yang telah diperoleh dari pekerjaan tersebut sebelum ilmu tentang keharamannya diperoleh, boleh dimanfaatkan.
Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita dan memudahkan kita dalam berbuat kebaikan. Aamiin. Semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi kita semua. Terima kasih atas perhatiannya. 🙏