Sosial media kini menjadi platform utama bagi banyak orang untuk mengekspresikan diri dan berbagi cerita. Banyak yang iseng-iseng memulai membuat konten, dan ternyata viral. Namun, ketenaran ini juga membawa tantangan tersendiri, terutama bagi mereka yang ingin tetap menjaga prinsip-prinsip agama.
Keberhasilan Tak Terduga
Saya memulai membuat konten dengan niat iseng-iseng, membahas tentang hidup minimalis di akun “Qanaah is Minimalist”. Tak disangka, konten tersebut booming dan saya mendapat banyak followers serta tawaran endorse. Namun, ketenaran yang tiba-tiba ini membuat saya berpikir ulang tentang tujuan dan dampak dari konten yang saya bagikan. Akhirnya, semua konten YouTube “Qanaah is Minimalist” saya private.
Tantangan Monetisasi
Meskipun akun YouTube saya sudah memenuhi syarat untuk monetisasi, saya memilih untuk tidak mengaktifkannya. Alasannya adalah kekhawatiran tentang jenis iklan yang mungkin ditampilkan, seperti konten riba atau yang tidak sesuai dengan prinsip syariah. Saya tidak ingin menikmati hasil dari sesuatu yang haram.
Perjalanan Viral
Saat pandemi berakhir di akhir 2021, saya dan suami memutuskan untuk menjelajah Indonesia. Mulai ke Sumatera hingga ujung Indonesia, bahkan mencapai kilometer nol di Sabang dan keliling Jawa sampai Labuan Bajo. Kami mengunggah dokumentasi perjalanan via darat ini di akun “Keliling Bumi Allah”. Lagi-lagi, konten ini viral dan akun kami dibanjiri followers, likes, dan comments. Niat kami awalnya hanya untuk mendokumentasikan perjalanan dan mengunggahnya, tapi ternyata jadi banyak yang mengenal kami lagi.
Menghadapi Ketenaran
Namun, setiap kali konten saya mulai dikenal banyak orang, saya merasa perlu menutup akun tersebut. Saya khawatir akan timbulnya hasad (iri hati) dari orang-orang yang mungkin ingin melakukan hal yang sama namun belum mampu. Akun-akun seperti “Rumahfarid”, “Qanaah is Minimalist”, dan “Keliling Bumi Allah” pun berakhir dengan ditutup.
Menahan Diri dari Pamer
Rasanya memang ada kepuasan tersendiri saat kita tahu sesuatu yang orang lain belum tahu. Ketika pulang kampung, ada saudara yang meminta saya untuk meminta doa agar diberikan keturunan, dari orang yang akan pergi umrah karena doa di depan Ka’bah itu makbul. Saat saudara yang lain mengatakan bahwa saya sudah haji dan sering umrah, saya memilih untuk diam.
“Ada kebahagiaan tersendiri saat orang tidak tahu apa yang sudah kita alami, dan kita bisa mendengar cerita mereka tanpa harus membalas dengan pamer.” – Devi Riani Nasution
Ini mengingatkan saya pada situasi yang berbeda tapi serupa. Misalnya, seseorang yang sudah sering keluar negeri tetapi menahan diri untuk tidak memamerkannya, sama dengan orang yang ingin sekali keluar negeri tetapi tidak punya dana. Sama-sama menahan diri, hanya saja ujiannya berbeda.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah itu cinta kepada hamba yang bertaqwa, berkecukupan, dan tidak menonjolkan diri.” Ini menjadi pegangan saya setiap kali ingin memulai personal branding. Walaupun dikenal dapat mempermudah menjual produk atau jasa, saya maju mundur untuk itu.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah cinta kepada seorang hamba yang bertakwa, yang kaya hati dan tersembunyi.” (HR. Muslim)
Meski iman turun naik, setiap kali ingat hadits itu berusaha kembali ke jalur lagi. Saya memilih dicintai Allah saja deh. Lagi pula, apa untungnya orang tahu kita sudah pernah kesana-kemari, tenar, dan terlihat kaya? Paling hanya ‘oh’ dari yang merasa lebih kaya, atau dikira pamer! Bahkan kalau ada yang kagum, itu cuma sebentar. ‘Ih keren ya, kamu usia belum 30 sudah haji sama suami.’ Besokannya juga lupa… Dan setelahnya paling banyak yang WA/DM pinjam duit 😉 CANDA…
Toh buktinya, ada orang tidak membuat personal branding atau menampilkan wajahnya saat mempromosikan jualannya di sosial media atau di platform manapun. Namun, bisnisnya tetap lancar dan dicari-cari orang. Ini menunjukkan bahwa kita bisa sukses tanpa harus menonjolkan diri.
Tips Tetap Bermanfaat Tanpa Menampilkan Diri
- Gunakan Tulisan: Berbagi ilmu dan pengalaman melalui tulisan dapat memberikan manfaat besar tanpa perlu menampilkan wajah atau diri sendiri. Blog atau artikel seperti ini bisa menjadi media yang tepat.
- Infografis dan Visual: Buat infografis atau visual menarik yang menyampaikan pesan dan informasi dengan jelas tanpa harus menampilkan foto diri.
- Podcast: Membuat podcast bisa menjadi alternatif untuk berbagi cerita dan pengetahuan tanpa menampilkan wajah.
- E-book dan Panduan: Menulis e-book atau panduan tentang topik yang dikuasai bisa menjadi cara lain untuk berbagi ilmu.
- Kolaborasi dengan Kreator Lain: Bekerjasama dengan kreator lain yang memiliki prinsip serupa bisa membantu menyebarkan pesan tanpa harus menonjolkan diri.
Kesimpulan
Menjadi konten kreator memang bisa membawa ketenaran dan keuntungan finansial, tetapi penting untuk tetap berpegang pada prinsip dan menjaga hati dari penyakit dunia. Berusaha untuk tetap istiqomah dalam berpegang pada ajaran agama di tengah godaan sosial media memang tidak mudah. Setiap kali ingin eksis di sosial media, saya selalu teringat hadits Rasulullah tentang pentingnya tidak menonjolkan diri.
Semoga kita semua selalu diberi petunjuk oleh Allah untuk menjadi hamba yang taqwa, mampu menahan hawa nafsu, dan dijauhkan dari penyakit hati. Doakan saya, dan semoga kebaikan selalu menghampiri para pembaca. Aamiin.
Terima kasih telah membaca. Mari kita terus berusaha untuk bermanfaat bagi orang lain dengan cara yang sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai yang kita yakini. Barakallahu Fiikum