Seringkali kita merasa terbebani dengan keinginan untuk selalu menyenangkan orang lain, menghindari konflik, dan mencari persetujuan. Sikap seperti ini dikenal sebagai People Pleaser. Meskipun berbuat baik dan menyenangkan orang lain adalah tindakan yang mulia, terlalu berlebihan dalam hal ini bisa berdampak negatif pada kesejahteraan pribadi dan efektivitas dalam kepemimpinan.
Islam Mengajarkan Keseimbangan
Islam mengajarkan untuk menjaga keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam berbuat baik kepada orang lain. Rasulullah bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
Namun, penting untuk diingat bahwa berbuat baik tidak berarti mengabaikan kebutuhan dan perasaan pribadi. Dalam Islam, menjaga hubungan yang baik dengan Allah adalah prioritas utama. Dengan memperbaiki hubungan kita dengan Allah, kita akan mendapatkan kekuatan dan kebijaksanaan untuk menjalani hidup dengan seimbang.
Karakteristik People Pleaser
People Pleaser adalah seseorang yang selalu berusaha menyenangkan dan memenuhi ekspektasi orang-orang di sekitarnya. Beberapa karakteristik utama dari People Pleaser antara lain:
- Kesulitan Mengatakan “Tidak”: Mereka merasa sulit menolak permintaan orang lain, bahkan jika itu merugikan diri sendiri.
- Menghindari Konflik: Mereka cenderung menghindari situasi yang berpotensi menimbulkan konflik.
- Mencari Persetujuan dan Pengakuan Orang Lain: Mereka sangat bergantung pada persetujuan dan pengakuan dari orang lain untuk merasa berharga.
- Mengabaikan Perasaan dan Kebutuhan Pribadi: Mereka cenderung mengabaikan kebutuhan dan perasaan diri sendiri demi menyenangkan orang lain.
Dampak People Pleasing
- Stres: Merasa harus selalu diterima oleh orang lain bisa menyebabkan stres yang berlebihan.
- Kehilangan Identitas Diri: Mengidentifikasi diri dengan kelompok atau orang lain dapat membuat seseorang kehilangan jati dirinya.
- Hubungan yang Tidak Sehat: People Pleaser sering kali berada dalam hubungan yang tidak sehat karena mereka mengorbankan kebutuhan pribadi demi orang lain.
- Karier: People Pleaser cenderung kesulitan dalam mengambil keputusan dan mendapatkan respek dari rekan kerja.
- Kesejahteraan Diri: Kurangnya waktu untuk diri sendiri karena selalu mengikuti kepentingan orang lain bisa berdampak buruk pada kesejahteraan pribadi.
People Pleaser dalam Kepemimpinan
People Pleaser yang menjadi pemimpin sering kali mengalami masalah dalam kepemimpinan mereka:
- Kepemimpinan Lemah: Kesulitan membuat keputusan yang tegas.
- Kurang Otoritas: Sulit mendapatkan respek dan kepercayaan tim.
- Efisiensi Rendah: Mengutamakan orang lain di atas tujuan organisasi dapat mengurangi efisiensi dan efektivitas dalam bekerja.
Keluar dari Perangkap People Pleaser
Untuk menjadi pemimpin sejati, penting untuk keluar dari perangkap People Pleaser. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:
- Perbaiki Hubungan dengan Allah: Fokus pada hubungan dengan Allah akan memberikan kekuatan dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan.
- Belajar Mengatakan “Tidak”: Latih diri untuk bisa mengatakan “tidak” dengan tegas namun tetap sopan.
- Tetapkan Batasan: Buat batasan yang jelas antara kebutuhan pribadi dan permintaan orang lain.
- Prioritaskan Kesejahteraan Diri: Berikan waktu untuk diri sendiri dan jangan mengabaikan kebutuhan pribadi demi menyenangkan orang lain.
- Bangun Identitas Diri: Kenali dan hargai jati diri Anda tanpa perlu selalu mencari pengakuan dari orang lain.
Kesimpulan
Menjadi People Pleaser bisa merugikan diri sendiri dan menghambat kemampuan dalam memimpin. Dengan memperbaiki hubungan dengan Allah, belajar mengatakan “tidak”, dan menetapkan batasan yang sehat, kita dapat keluar dari perangkap People Pleaser dan menjadi pemimpin sejati yang dihormati dan efektif.
Terima kasih kepada Bapak Agus Haryatmo, M.Psi., Psikolog atas ilmunya. Jazakallahu khairan wa barakallahu fiik.