Sikap bakhil atau kikir adalah sifat yang sangat tercela. Allah dan Rasul-Nya mencela sifat ini karena termasuk penyakit hati yang wajib dijauhi oleh setiap orang beriman. Membersihkan jiwa dari penyakit bakhil sangatlah penting karena sifat ini mendatangkan banyak kemudharatan bagi seorang hamba. Pada Kamis, 8 Agustus 2024 (3 Shofar 1446 H), Ustadz Abu Zaid Cecep Nurachman, Lc. MA menyampaikan kajian dari kitab Al Adabul Mufrad karya Muhammad bin Ismail bin Ibrahim atau lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari. Dalam kajian tersebut, Ustadz Abu Zaid menekankan bahwa sifat bakhil atau kikir adalah penyakit hati yang wajib dijauhi oleh setiap orang beriman karena mendatangkan banyak mudhorot.
Mudhorot dan Bahaya Penyakit Bakhil
1. Azab di Hari Kiamat
Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya banyak dari para rabi dan rahib benar-benar memakan harta manusia dengan batil serta memalingkan (manusia) dari jalan Allah. Orang-orang yang menyimpan emas dan perak, tetapi tidak menginfakkannya di jalan Allah, berikanlah kabar ‘gembira’ kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih. pada hari ketika (emas dan perak) itu dipanaskan dalam neraka Jahanam lalu disetrikakan (pada) dahi, lambung, dan punggung mereka (seraya dikatakan), “Inilah apa (harta) yang dahulu kamu simpan untuk dirimu sendiri (tidak diinfakkan). Maka, rasakanlah (akibat dari) apa yang selama ini kamu simpan.” (QS. At Taubah: 34-35)
Hadits riwayat Abu Hurairah ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Setiap pemilik emas atau perak yang tidak mau memenuhi haknya (tidak mau membayar zakat), pada hari kiamat pasti ia akan diratakan dengan lempengan-lempengan bagaikan api, lalu lempengan-lempengan itu dipanaskan di neraka Jahanam, kemudian lambungnya diseterika dengan lempengan itu, juga dahi dan punggungnya. Setiap kali lempengan itu mendingin, akan dipanaskan kembali. Hal itu terjadi dalam sehari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun. Hal ini berlangung terus sampai selesai keputusan untuk tiap hamba. Lalu ditampakkan jalannya, ke surga atau ke neraka.”
Hadis riwayat Abu Zar., ia berkata: Aku menghampiri Nabi. yang sedang duduk di bawah bayang-bayang Kakbah. Ketika beliau melihatku beliau bersabda:
“Mereka benar-benar merugi, demi Tuhan Ka’bah!” Kemudian aku duduk, tetapi tidak tenang, maka aku segera bertanya: “Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, siapakah mereka?”
Rasulullah menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang paling banyak harta, kecuali yang berkata begini, begini dan begini (beliau memberi isyarat ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri). Mereka yang mau berbuat demikian sangat sedikit. Setiap pemilik unta atau sapi atau kambing yang tidak mau membayar zakatnya, pasti nanti pada hari kiamat, hewan-hewan itu akan datang dalam keadaan lebih besar dan lebih gemuk dari sebelumnya, menanduki pemiliknya dengan tanduk-tanduknya dan menginjak-injak dengan telapak kaki-telapak kakinya. Setiap kali yang lain telah selesai, datang lagi yang pertama sampai diputuskan di hadapan seluruh manusia.” (Shahih Muslim No. 1652)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah : Rasulullah pernah bersabda, “siapa pun yang dibuat kaya raya oleh Allah dan tidak membayarkan zakat kekayaannya, maka pada hari kiamat kekayaannya akan diubah menjadi ular beracun dengan dua tanda hitam diatas matanya. Ular itu akan melilit lehernya dan berkata, ‘akulah kekayaanmu, akulah hartamu’”. Kemudian Nabi Muhammad membacakan ayat:
Jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya mengira bahwa (kekikiran) itu baik bagi mereka. Sebaliknya, (kekikiran) itu buruk bagi mereka. Pada hari Kiamat, mereka akan dikalungi dengan sesuatu yang dengannya mereka berbuat kikir. Milik Allahlah warisan (yang ada di) langit dan di bumi. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali ‘Imran: 180)
Wajib bagi kita untuk berjihad melawan sifat kebakhilan.
Jangan biarkan harta menjadi boomerang yang membahayakan kita di akhirat nanti.
2. Penghalang Keberuntungan dan Sebab Kebinasaan
Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al Hasyr: 9)
Dijelaskan oleh ar-Razi yang dimaksud dengan asy-Syuh ialah bakhil disertai ketamakan. Sebagaimana tergambar jelas dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Hati-hatilah kalian dari sifat bakhil sesungguhnya sifat ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian. Yang mendorong mereka untuk rela menumpahkan darah serta menghalalkan segala perkara yang diharamkan “. (HR Muslim no: 2578)
3. Menghantarkan kepada Kemunafikan
Orang yang ingkar janji setelah diberikan nikmat oleh Allah akan dihukum dengan kemunafikan. Ketika Allah memberikan apa yang kita inginkan dan angan-angan kebaikan dipenuhi, jangan ingkari janji tersebut. Jangan sampai kalah dengan penyakit bakhil, karena sangat mengerikan jika kita dijadikan sebagai orang munafik oleh Allah.
Di antara mereka ada orang yang telah berjanji kepada Allah, “Sesungguhnya jika Dia memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, niscaya kami akan benar-benar bersedekah dan niscaya kami benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.” Akan tetapi, ketika Allah menganugerahkan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling seraya menjadi penentang (kebenaran). Maka, (akibat kekikiran itu) Dia menanamkan kemunafikan dalam hati mereka sampai pada hari mereka menemui-Nya karena mereka telah mengingkari janji yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. (QS. At-Taubah: 75-77)
4. Menghilangkan Keberkahan Harta
Disebutkan dalam sebuah hadits yang dibawakan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah setiap pagi menyapa seorang hamba melainkan turun padanya dua malaikat. Kemudian malaikat pertama berdo’a; “Ya Allah, berilah orang yang berinfak pengganti”. Sedang yang satunya berdo’a, “Ya Allah, berilah orang yang pelit kehancuran“. HR Bukhari no: 1442. Muslim no: 1010.
Hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhari dan Muslim menyebutkan bahwa setiap pagi ada dua malaikat Allah yang turun. Malaikat pertama berdoa, “Ya Rabb, berikan ganti untuk orang yang menginfakkan hartanya, berikan keberkahan untuk orang yang menginfakkan hartanya.” Malaikat kedua berdoa, “Ya Rabb, berikan kebinasaan/kehancuran bagi orang yang menahan hartanya.”
Hal-Hal yang Menjadi Benteng dari Penyakit Bakhil
- Meneladani Akhlak Rasulullah Rasulullah adalah contoh teladan kedermawanan. Beliau sangat dermawan dalam kebaikan, dan semakin bertambah saat bulan Ramadhan.
- Mengikuti Nasihat Hadits 296 Al Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda tentang pentingnya sifat kedermawanan dalam kepemimpinan. Contohnya adalah Amr bin al-Jamuh, seorang pemimpin yang sangat dermawan. Kedermanawanan Amar bin Jamuh terlihat dalam memberikan jamuan saat pernikahan Rasulullah dengan Khadijah.
Faidah Hadits 296:
- Karakter seorang pemimpin yang baik adalah memiliki sifat kedermawanan.
- Kebakhilan adalah sifat yang tercela dan sangat berbahaya.
- Terdapat anjuran untuk berdoa memohon perlindungan dari sifat kebakhilan.3. Mengamalkan DoaAnas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
“Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat. (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).” (HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706)
4. Mengikuti Nasihat Hadits 297 Al Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah melarang dari menyebarkan isu berita yang belum jelas kebenarannya, membuang-buang harta (mubazir) dalam perkara yang tidak ada manfaatnya, banyak bertanya tanpa manfaat, pengennya diberi tapi tidak mau memberi, durhaka kepada orang tua, dan mengubur bayi perempuan hidup-hidup.
Faidah Hadits 297:
- Kaum salaf menunjukkan semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu (thalabul ilmi), di antaranya Al-Mughirah bin Syu’bah yang berkirim surat untuk menuliskan hadits-hadits yang pernah didengar dari Rasulullah.
- Hadits ini menjelaskan pentingnya berderma dengan ilmu yang dimiliki. Ketika seseorang diberi ilmu oleh Allah, hendaknya tidak bersikap bakhil dengan ilmu tersebut.
- Hadits ini mengandung larangan untuk menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya.
- Hadits ini mengingatkan kita untuk tidak bersikap tabzir (boros) dalam harta, karena harta adalah amanah yang harus digunakan sesuai dengan tuntunan Allah.
- Terdapat larangan untuk banyak bertanya tentang hal-hal yang tidak mengandung manfaat. Pertanyaan sebaiknya diajukan hanya sesuai kebutuhan, dan jika sudah mengetahui jawabannya, segera diamalkan tanpa perlu bertanya kembali.
- Larangan untuk bersikap bakhil.
- Larangan berbuat durhaka kepada orang tua, khususnya kepada ibu.
- Larangan untuk membunuh anak-anak tanpa hak.
5. Mengikuti Nasihat Hadits 139
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Tak pernah beliau menolak apabila diminta. Menunjukkan betapa dermawannya beliau dalam memberikan bantuan.
Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu mengatakan: “Tak pernah sekalipun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diminta sesuatu kemudian beliau mengatakan ‘tidak’.” (HR. Muslim no. 2311)
Menghindari sifat bakhil adalah jihad yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Harta yang kita miliki harus menjadi sarana untuk mendapatkan keberkahan, bukan azab di akhirat. Dengan mengikuti teladan Rasulullah, kita dapat membersihkan hati dari penyakit bakhil dan mencapai keberuntungan dunia dan akhirat.
Semoga kita semua dapat menjaga diri dari sifat bakhil dan menjadi hamba yang dermawan serta diridhai Allah. Aamiin. Jazakallah khairan Ustadz Abu Zaid Cecep Nurachman, Lc. MA, atas ilmunya. Barakallahu Fiik.