Wanita, dengan kelembutan hati dan perasaannya yang mendalam, sering kali menjadi lebih rawan terhadap penyakit hati. Islam menekankan pentingnya menjaga kebersihan hati karena kebahagiaan sejati bermula dari hati yang bersih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Hati, Titik Utama Kebahagiaan
Hati adalah tempat berkumpulnya perasaan, pikiran, dan niat. Jika hati bersih, seseorang akan merasa tenang dan bahagia. Sebaliknya, hati yang kotor penuh dengan hasad, dengki, dan rasa tidak puas akan membawa kegelisahan.
Ustadz Firanda mengingatkan bahwa manusia terbaik adalah yang rajin membersihkan hatinya. Ia mengibaratkan hati seperti kaca: jika tidak dirawat, ia akan ternoda oleh debu, bahkan bisa pecah. Kebersihan hati adalah jalan menuju kebahagiaan yang hakiki.
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim. (QS. Al Hujurat: 11)
Penyakit Hati Terkait Allah
Penyakit hati terbesar adalah ketidakridhoan terhadap takdir Allah. Hal ini sering kali muncul ketika seseorang:
- Tidak ridho dengan rezeki yang telah diberikan Allah.
- Berprasangka buruk kepada Allah terhadap musibah atau ujian yang diberikan.
Ketidakridhoan terhadap takdir Allah, termasuk rezeki yang telah ditetapkan-Nya, adalah bentuk kelemahan iman yang dapat membawa penderitaan dan kegelisahan. Penting bagi setiap Muslim untuk belajar beriman kepada takdir, karena setiap ketetapan Allah pasti mengandung hikmah dan kebaikan. Apa pun yang Allah takdirkan untuk kita, itulah yang terbaik.
Sebagai hamba-Nya, kita wajib selalu berbaik sangka kepada Allah. Jangan pernah membiarkan prasangka buruk (su’udzon) muncul, baik terkait rezeki, ujian, maupun musibah. Sebab, Allah berfirman dalam hadits qudsi:
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku.” (HR. Bukhari & Muslim)
Jika seseorang bertakwa dan bersabar, maka ujung dari segala kesulitan akan selalu berakhir dengan kebaikan dan keindahan. Namun, sering kali kita sulit untuk husnudzon (berbaik sangka) kepada Allah karena hati kita jauh dari-Nya. Oleh sebab itu, ketika musibah datang, biasakan untuk mengucapkan:
“Alhamdulillah ‘ala kulli hal” (Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan).
Kebahagiaan sejati berasal dari hati yang bersih. Seseorang yang hatinya bersih akan menjadi manusia yang paling bahagia, sedangkan hati yang kotor penuh penyakit hanya membawa kegelisahan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa sebelum masuk surga, hati seseorang akan dibersihkan terlebih dahulu setelah melewati sirath. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kebersihan hati sejak di dunia.
Kekayaan yang sejati bukanlah pada harta, melainkan pada hati. Rasulullah mengajarkan bahwa orang yang ridho atas apa yang Allah berikan akan menjadi manusia paling bahagia, karena kebahagiaan tidak bergantung pada jabatan atau harta, melainkan pada penerimaan hati.
Imam As-Syafii rahimahullah berkata: Jika engkau memiliki hati yang selalu qona’ah … maka sesungguhnya engkau sama seperti raja dunia.
Penyakit Hati Terhadap Sesama Manusia
Salah satu penyakit hati yang sering menimpa wanita adalah hasad dan dengki, yang biasanya disertai dengan mudahnya berprasangka buruk (su’udzon) terhadap sesama. Penyakit ini sering kali dipicu oleh kecenderungan untuk terlalu mencintai dunia dan melupakan akhirat. Oleh karena itu, setiap Muslimah perlu berusaha keras untuk membersihkan hatinya dari penyakit-penyakit ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan solusi:
- Jangan terlalu sering melihat ke atas, yakni mereka yang memiliki lebih banyak nikmat dunia.
- Fokus pada apa yang kita miliki dan bersyukur atasnya.
Hasad adalah keinginan agar kenikmatan yang dimiliki orang lain hilang. Penyakit ini berbahaya karena dapat merusak hati dan menjauhkan seseorang dari kebahagiaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk berdoa agar hati senantiasa bersih:
“Ya Allah, limpahkanlah ketakwaan pada jiwaku dan sucikanlah ia, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik Zat yang menyucikan jiwa, Engkaulah pelindung dan pemeliharanya.” (HR. Muslim)
Penyebab utama hasad adalah kebiasaan melihat ke atas, yaitu terlalu memperhatikan kelebihan-kelebihan orang lain, baik dari segi harta, jabatan, maupun kenikmatan lainnya. Padahal, setiap kenikmatan yang diberikan Allah memiliki ujiannya masing-masing. Orang yang memiliki harta lebih akan menghadapi hisab yang lebih berat, begitu pula dengan mereka yang memiliki jabatan tinggi atau popularitas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Lihatlah kepada orang yang berada di bawah kalian (dalam hal dunia), janganlah melihat kepada orang yang berada di atas kalian.” (HR. Bukhari & Muslim)
Jika kita terus-menerus melihat ke atas, hati akan mudah tertular hasad, dan akibatnya kita tidak akan pernah merasa bahagia. Kebahagiaan sejati hanya bisa diraih dengan hati yang bersih.
Penyakit Hasad dan Cinta Dunia
Hasad adalah keinginan agar nikmat orang lain hilang. Penyakit ini dapat menghancurkan kebahagiaan dan menambah dosa. Penyebab utamanya adalah terlalu fokus pada dunia, lupa bahwa setiap nikmat memiliki tanggung jawab besar di akhirat.
Cinta dunia adalah penyakit hati lainnya. Ustadz Firanda mengingatkan bahwa hati yang dipenuhi cinta dunia akan menjadi berat dan tidak bahagia. Solusinya adalah dengan:
- Banyak mengingat akhirat dan kematian.
- Mempelajari ilmu agama.
- Memperbaiki shalat dan ibadah.
Menjaga Kebersihan Hati di Era Fitnah
Zaman modern penuh dengan godaan yang dapat merusak hati, seperti:
- Terlalu banyak informasi tidak bermanfaat.
- Kebiasaan kepo atau mencampuri urusan orang lain.
- Ketergantungan pada media sosial.
Untuk menjaga hati tetap bersih, seorang wanita perlu:
- Mengisi hati dengan Alquran.
- Menyibukkan diri dengan ibadah dan kegiatan bermanfaat.
- Mengurangi konsumsi konten yang tidak bermanfaat.
“Mau bahagia? Baca Alquran.”
Wanita yang menjaga kebersihan hatinya akan menjadi pribadi yang bahagia, lebih dekat kepada Allah, dan menjadi cahaya bagi keluarga serta masyarakat sekitarnya. Bersihkan hati, karena itulah kunci kebahagiaan sejati. Barakallahu fiikum
Wanita dan Penyakit Hati
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA. Hafidzahullahu Ta’ala
Masjid Raya Al Azhar Summarecon, Bekasi