Pengusaha Muslim pasti dihadapkan pada serangkaian ujian dan tantangan dalam menjalani kehidupan dunia. Ustadz Ammi Nur Baits, S.T., B.A حفظه الله memberikan penjelasan mengenai 17 tantangan khusus yang perlu dihadapi oleh para pengusaha Muslim, yaitu:
1. Waspada Fitnah Harta: Ujian Harta
Ujian kekayaan dapat menjadi fitnah yang nyata. Rasulullah mengingatkan umatnya tentang bahaya kekayaan yang dapat menyebabkan persaingan dan kecemburuan. Penting untuk memahami aturan-aturan dalam memperoleh harta dan selalu berusaha untuk memperolehnya secara halal.
Seandainya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi. Akan tetapi, Dia menurunkan apa yang Dia kehendaki dengan ukuran (tertentu). Sesungguhnya Dia Mahateliti lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. (QS. Asy Syura:27)
2. Tidak Mau Belajar dan Tidak Peduli Aturan
Kekayaan tidak boleh dikejar tanpa memperhatikan aturan-aturan yang berlaku. Penting untuk terus belajar dan memahami aspek-aspek hukum yang terkait dengan usaha, serta menjalankannya dengan penuh kesadaran.
3. Hasad Terhadap Sesama
Hasad atau iri hati dapat merusak kebahagiaan. Menghilangkan rasa hasad dan bersyukur atas nikmat yang dimiliki merupakan kunci untuk meraih kebahagiaan sejati. Dan berjuanglah untuk bisa masuk SURGA, karena di surga nanti tidak ada hasad.
Kami mencabut segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka. Mereka bersaudara (dan) duduk berhadap-hadapan di atas dipan. (QS. Al Hijr: 47)
4. Bersaing Secara Etis dan Hindari Tidak Adil
Hindarilah praktek-praktek curang dan berusahalah untuk bersaing secara etis, sebagaimana yang diajarkan oleh Islam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada Allah, berbuat baik dan berlaku jujur” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih dilihat dari jalur lain).
5. Nafsu Dunia dengan Pelarisan Sumpah
Bersumpah untuk mendapatkan keuntungan materi mungkin terlihat menguntungkan, tetapi perlu diingat bahwa sumpah yang diambil untuk urusan dunia dapat menghilangkan keberkahan.
Imam Muslim rahimahullah dan Ahlus Sunan (penulis kitab-kitab Sunan) meriwayatkan dari Abu Dzarr Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada tiga golongan manusia yang pada hari Kiamat nanti tidak akan Allah ajak bicara dan Allah tidak sudi melihat mereka dan tidak mensucikan mereka (dari dosa-dosa) dan mereka mendapatkan adzab yang pedih, yaitu orang yang memanjangkan kainnya melebihi mata kaki, orang yang mengungkit-ungkit kebaikan, dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah dusta.”
Referensi : https://almanhaj.or.id/8198-jual-beli-dan-sumpah-palsu-untuk-melariskan-dagangan.html
6. Jangan Tinggalkan Kewajiban
Keseimbangan antara bisnis dan ibadah sangat penting. Allah memuji orang yang bisnisnya tidak menghalangi kewajiban ibadahnya.
Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat).
(QS. An Nur: 37)
7. Membangun Tawakkal
Janganlah takut kehilangan peluang, karena rezeki berada di tangan Allah. Banyak masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh manusia. Setan seringkali menjanjikan kefakiran dan mencoba memanfaatkan kebutuhan manusia. Al-Qur’an, dalam surah Al-Baqarah ayat 268, mengingatkan bahwa setan berupaya menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan dan mengajak kepada perilaku kikir.
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan kamu ampunan dan karunia-Nya. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 268)
Namun, Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya yang melimpah. Kesadaran akan janji Allah ini dapat menjadi tameng untuk menjauhkan diri dari jeratan setan dan dosa.
Dalam pertanyaan tentang cara bertawakal kepada Allah, Muhammad bin Abi Imran menanyakan Imam Hatim. Imam Hatim menjawab dengan keyakinan bahwa rezekinya tidak akan terputus.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Imran bin Hushain bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupkan kebutuhannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangkanya. Dan barangsiapa yang mendekatkan hatinya pada urusan dunia maka menyerahkan urusannya kepada dunia”.
Merencanakan dan memperhitungkan adalah langkah-langkah yang bijak dalam mengelola kehidupan, tetapi terlalu banyak merencanakan dapat menguras pikiran. Oleh karena itu, penting untuk menyelaraskan rencana dengan sikap tawakal kepada Allah. Dengan demikian, hati kita dapat tetap tenang dalam menghadapi segala rencana hidup.
Proses yang seimbang antara tawakal, rencana, dan ridha adalah kunci dalam menjalani kehidupan yang penuh makna. Orang yang memiliki sikap tawakal tidak akan terbebani oleh rencana hidupnya, karena ia percaya bahwa segala yang terjadi adalah kehendak Allah yang Maha Mengetahui.
8. Menjaga Kepercayaan Konsumen
Kepercayaan konsumen adalah modal penting dalam dunia bisnis. Jaga kualitas dan kejujuran dalam setiap transaksi untuk membangun kepercayaan yang kokoh.
9. Memberikan yang Terbaik bagi Orang Lain
Memberikan yang terbaik bagi orang lain merupakan tindakan mulia yang mencerminkan iman sejati. Sebagaimana dikatakan, iman seseorang tidak akan sempurna hingga ia menyukai untuk orang lain apa yang ia sukai untuk dirinya sendiri.
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik, khadim (pembantu) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau berkata, “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya”.
Hadits ini dikeluarkan.
Iman Al Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al Iman, Bab Min Al Iman An Yuhibba Liakhihi Ma Yuhibbu Linafsihi, no. 13.
Imam Muslim dalam Shahih-nya, kitab Al Iman, Bab Al Dalil ‘Ala Ana Min Khishal Al Iman An Yuhibba Liakhihi Al Muslim Ma Yuhibbu Linafsihi Min Al Khair, no. 45.
Referensi : https://almanhaj.or.id/29663-mencintai-saudara-seiman-termasuk-kesempurnaan-iman-2.html
Oleh karena itu, sebagaimana kita menghargai perlakuan jujur terhadap diri kita, demikian pula kita diharapkan untuk bersikap jujur terhadap orang lain. Berikan yang terbaik dari diri kita, karena dalam memberi yang terbaik, kita menciptakan iklim saling menghormati dan saling mendukung dalam kehidupan sehari-hari.
10. Membangun Superteam (Untuk Bersama, Bukan Untuk Keuntungan Pribadi)
Kerjasama dan solidaritas dalam tim bisnis sangat ditekankan. Berusaha bersama untuk kebaikan bersama adalah kunci kesuksesan jangka panjang.
11. Siap Meninggalkan Syubhat
Menjauh dari keraguan atau hal yang syubhat merupakan tindakan bijak dalam membangun usaha yang berkah.
12. Menghindari Penyakit Istibtha dan Bersikap Sabar
Menghindari keinginan untuk cepat sukses sebelum waktunya mencerminkan kebijaksanaan untuk tidak tergesa-gesa. Ketika kita merasa belum waktunya untuk memiliki rumah tapi malah KPR atau mobil dengan skema leasing, langkah bijak yang bisa diambil adalah mengobatinya dengan kesabaran.
Kesabaran adalah kunci untuk menyeimbangkan antara keinginan untuk sukses dan pengakuan bahwa setiap hal memiliki waktunya yang tepat. Dengan bersikap sabar, kita dapat mengatasi godaan untuk meraih sesuatu di luar waktu yang seharusnya, dan sebagai gantinya, membangun fondasi yang kokoh untuk kesuksesan yang berkelanjutan.
13. Anti Tabdzir dan Israf
Menggunakan harta secara bijaksana dan tidak berlebihan merupakan ajaran Islam.
14. Kaya untuk Manfaat: Harta Ilmu Agama
Kekayaan sejati bukan hanya soal harta materi, tapi juga harta = ilmu agama. Ilmu agama membimbing kita menuju ketakwaan. Dengan terus belajar, kita bisa mengarahkan obsesi terhadap harta agar lebih bijaksana. Jadi, harta bukan hanya untuk keuntungan dunia, tapi juga buat kebahagiaan akhirat kita.
15. Belajar Zuhud
Prinsip dunia hanya sebatas di tangan, bukan di hati. Kezuhudan membantu kita untuk tetap rendah hati dan mudah berbagi di tengah keberhasilan.
16. Selesaikan Sengketa di Dunia
Jadilah orang yang mampu menyelesaikan konflik di dunia ini. Menjadi sosok yang menghilangkan segala bentuk ketidakadilan, sehingga kita seperti mengatur ulang hitungan hingga mencapai nol kedzoliman. Penting untuk memastikan bahwa urusan dunia diselesaikan sebelum ajal tiba. Dengan begitu, ketika kita menghadap Allah, tidak ada beban urusan manusia yang menghantui, dan kita bisa melangkah dengan hati yang tenang.
17. Gagal Bisnis Bukan Kiamat Bisnis
Gagal dalam bisnis adalah bagian dari perjalanan. Penting untuk belajar dari kegagalan dan tidak melihatnya sebagai akhir dari segalanya.
Penutup: Kesuksesan dengan Kesadaran Spiritual Menghadapi tantangan sebagai seorang pengusaha Muslim tidak hanya berkaitan dengan kesuksesan materi, tetapi juga dengan kesadaran spiritual. Ustadz Ammi Nur Baits memberikan tips berharga untuk mencapai keberkahan dalam berbisnis dan hidup. Semoga setiap langkah yang diambil selalu mengantarkan kepada rahmat dan ridha Allah. Aamiin… Barakallahu Fiikum