Pembahasan tentang Kitab Adabul Mufrad oleh Ustadz Muhammad Shoim, Lc. Hafidzahullah Ta’ala, merupakan sebuah pencerahan yang sangat berharga bagi umat Islam. Kitab ini memegang peranan penting sebagai salah satu kitab adab (etika) yang paling populer sepanjang sejarah. Kepopuleran Kitab Adabul Mufrad tidak hanya karena disusun oleh Imam Bukhari, seorang perawi hadis yang terkenal, tetapi juga karena kandungannya yang begitu lengkap dalam membahas seputar adab seorang muslim.
Sebelum memulai inti pembahasan, Ustadz Muhammad Shoim mengawali dengan nasihat. Beliau menyampaikan bahwa seseorang yang terlalu memikirkan detail-detail dunia akan cenderung selalu mengeluh. Dunia tidak selalu memenuhi semua keinginan kita, namun bagi mereka yang berorientasi pada akhirat, hal-hal kecil yang tidak tercapai dalam dunia ini akan diabaikan demi kebahagiaan yang abadi.
Adapun dalam menuntut ilmu, Ustadz Muhammad Shoim menekankan pentingnya bersungguh-sungguh dan mengamalkan ilmu yang didapat. Jika kita sepenuhnya mengabdikan diri untuk menuntut ilmu maka ilmu yang didapat hanya setengah ilmu. Kita perlu sungguh-sungguh berupaya mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari, sebab jika tidak diamalkan, ilmu tersebut akan menjadi seperti pohon yang tidak berbuah. Namun, tidak hanya sebatas ilmu, kita juga perlu banyak berdoa kepada Allah. Sebab, sebanyak apapun ilmu yang kita peroleh, tanpa petunjuk dan bimbingan dari-Nya, kita tidak akan mampu mengamalkannya dengan baik, termasuk dalam hal adab.
Kita perlu menyadari bahwa hanya Allah yang mampu memberikan akhlak yang baik kepada kita. Oleh karena itu, marilah kita memperbaiki akhlak dan adab kita sesuai dengan ajaran-Nya.
“Segala puji hanya bagi Allah. Hanya sebagaimana Engkau telah ciptakan aku dengan baik, maka perbaikilah akhlakku.” (HR Ahmad dan At Tirmidzi)
Selanjutnya, pembahasan dipandu dengan rujukan pada Bab Firman Allah dalam Kitab Adabul Mufrad. Imam Bukhari memulai tanpa judul karena Al-Qur’an sudah mencukupi sebagai sumber hukum yang terbaik. Ini menggambarkan betapa pentingnya mengutamakan ajaran Al-Qur’an dalam segala aspek kehidupan.
Kami telah mewasiatkan (kepada) manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan. (QS. Al Ankabut: 8)
Ulama terdahulu memiliki kedekatan yang luar biasa dengan orang tua mereka. Bahkan, mereka langsung datang saat dipanggil oleh ibu, meskipun tengah sibuk mengisi kajian yang dihadiri oleh banyak jamaah. Mereka bahkan rela menggendong ibu mereka saat melaksanakan thawaf, menunggu agar ibu mereka minum susu terlebih dahulu, sebelum memberikan minum kepada anak dan istri mereka. Ini menunjukkan betapa tingginya penghormatan dan kasih sayang yang mereka miliki terhadap orang tua.
Sayangnya, di zaman sekarang, fenomena anak yang memberontak terhadap orang tua semakin banyak terjadi, sehingga menuntut kita untuk kembali menggali nilai-nilai kehormatan dan penghargaan terhadap orang tua, sebagaimana yang diajarkan dalam Al-Qur’an Surah Isra ayat 23-24.
Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.” (QS. Isra: 23-24)
Orangtua harus kita muliakan, sebagaimana seorang raja yang memegang kedudukan yang tinggi. Ketika kita memberikan teladan dalam berbakti kepada orangtua, hal ini akan menjadi contoh bagi anak-anak kita untuk mengikuti jejak kita.
Meskipun orangtua sudah tiada, tetaplah dianjurkan untuk kembali ke kampung halaman karena masih ada kerabat yang bisa kita sambung silaturahmi. Tindakan ini tidak hanya memberikan manfaat bagi kita, tetapi juga mendatangkan pahala bagi orangtua kita di sisi Allah.
Ketika melakukan perjalanan mudik, hendaknya kita memberikan prioritas yang tinggi kepada orangtua kita. Janganlah kita hanya berpikir untuk mengejar kepentingan pribadi semata seperti tujuan utama jalan-jalan dan kemudian mampir sebentar di rumah orangtua.
Kedudukan orangtua, terutama ibu, adalah sangat tinggi di sisi Allah. Ibu kita telah mengalami perjuangan yang luar biasa, mulai dari masa kehamilan yang penuh kesabaran hingga proses melahirkan yang kadang berisiko nyawa. Bahkan setelah kelahiran, ia masih tetap berjuang untuk mengurus dan menyusui anak hingga usia 2 tahun.
Karena itulah, tidak mengherankan jika Allah menempatkan orangtua dalam kedudukan yang tinggi. Maka ketika kita dihadapkan pada situasi di mana orangtua kita marah, yang terbaik adalah kita diam saja, tanpa membantah atau melawan.
Istri memiliki peran penting dalam membantu suaminya untuk berbakti kepada orangtuanya, terutama kepada ibunya. Sikap yang penuh pengertian dan mendukung dari seorang istri sangatlah penting, sehingga suami dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik. Istri juga sebaiknya tidak merasa cemburu jika suami menunjukkan kasih sayang dan berbakti kepada orangtuanya, karena penghormatan dan ketaatan terhadap orangtua adalah hak yang sangat tinggi di sisi Allah.
Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali. (QS. Lukman: 14)
Sebagai anak, kita harus berhati-hati dengan ucapan dan sikap kita terhadap orangtua. Hindarilah ungkapan ‘Ah’ atau uft, dan jauhkan diri dari perilaku membentak atau marah kepada mereka. Bahkan ketika orangtua sudah lanjut usia dan mungkin mengalami pikun, kita harus tetap memperlakukan mereka dengan penuh penghormatan.
Ingatlah bahwa sejak kecil kita dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh orangtua kita, yang dengan tulus menggantikan popok, mengurus kebutuhan kita, dan melakukan segala hal untuk kita. Oleh karena itu, seharusnya kita memanggil mereka dengan panggilan yang penuh hormat dan kelembutan, seperti ‘wahai ibuku‘ atau ‘ayahku‘. Hindarilah panggilan yang kurang sopan dan tidak menghormati, seperti menyebut mereka dengan panggilan ‘dasar nenek tua‘, karena hal ini hanya akan menunjukkan ketidaksopanan dan kurangnya penghargaan dari kita.”
Apabila kedua orang tua memaksa untuk melakukan perbuatan syirik, sebagai seorang muslim, hendaklah kita tidak mentaatinya, sebagaimana yang diperintahkan dalam ajaran Islam. Contoh dari kehidupan Sa’ad bin Abi Waqqas menunjukkan bahwa meskipun ibunya memaksa untuk meninggalkan agama Islam, Sa’ad tetap teguh pada keimanan dan tidak mengikuti perintah untuk berbuat syirik. Meskipun demikian, kita tetap harus menjaga hubungan yang baik dengan orang tua di dunia ini, namun tidak boleh mentaati perintah syirik. Ini menunjukkan bahwa ketaatan kita hanya kepada Allah, dan tidak boleh kepada makhluk dalam melakukan maksiat kepada-Nya. Bahkan jika orang tua kita tidak seiman dengan kita, kita tetap diwajibkan menghormati mereka.
Janganlah seseorang yang telah mengenal sunnah dan ajaran Islam malah menjauhi orangtuanya; sebaliknya, hendaklah semakin mendekati dan meningkatkan bakti kepada mereka.
Sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits Ibnu Mas’ud, Rasulullah ﷺ ditanya, ‘Amalan apa yang paling dicintai oleh Allah?’ Beliau menjawab, ‘Shalat tepat waktu.’ Kemudian apalagi? Beliau menjawab, ‘Berbakti kepada kedua orangtua‘. Kemudian apalagi? Beliau menjawab, “Jihad fii sabilillah“.
Shalat pada waktunya merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam, semakin awal kita melaksanakannya, semakin besar pahalanya, maka hendaklah kita berusaha untuk melaksanakan shalat di awal waktu.
Selain itu, bakti kepada orang tua juga sangat penting. Hal ini dapat dilakukan dengan cara yang beragam, seperti berbicara dengan lemah lembut, memberikan hadiah, atau membuat orang tua gembira dan tertawa.
Terkadang, orang tua lebih menyukai tinggal di kampung. Maka, hendaklah kita mengikuti keinginan mereka dengan penuh bakti, dan memantau kebutuhan mereka agar dapat dipenuhi. Tidaklah bijaksana jika kita memaksa orang tua untuk tinggal di kota hanya karena di sana segala sesuatunya lebih nyaman atau modern.
Menyenangkan orang tua seharusnya dilakukan sesuai dengan kesenangan yang mereka inginkan, bukan sekadar memenuhi keinginan kita sendiri. – Ustadz Muhammad Shoim, Lc. Hafidzahullah Ta’ala
Jika tidak diizinkan oleh orang tua, maka janganlah pergi melakukan jihad, bahkan lebih-lebih jika mereka secara eksplisit melarangnya. Mengutamakan ketaatan kepada orang tua adalah kewajiban utama.
Lebih baik memiliki sedikit ilmu namun diamalkan dengan tulus, daripada memiliki banyak ilmu namun tidak diamalkan sama sekali
Kewajiban berbakti tertuju kepada orang tua kandung secara khusus. Terhadap orang tua tiri, kita berbuat baik karena hubungannya dengan orang tua kita, namun tidak dapat disamakan dengan kewajiban berbakti kepada orang tua kandung.
Jazakallahu khairan wa barakallahu fiik, ustadz. Semoga Allah senantiasa memberkahi Anda dan keluarga. Terima kasih atas ilmunya yang berharga. Semoga catatan kajian yang berjudul Adabul Mufrad pertemuan pertama di Masjid Dukuh Bima, Bekasi, bermanfaat bagi banyak orang. Semoga Allah memudahkan saya untuk selalu mengikuti kajian ini dengan penuh keikhlasan. Semoga Ilmu yang saya peroleh menjadi berkah dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. Barakallahu fiikum.