Pentingnya ketaatan kepada Allah sebagai kunci menuju kebahagiaan sejati. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengukur kebesaran seseorang dari harta yang dimilikinya, melainkan dari sejauh mana seseorang bertakwa.
…Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa…. (QS. Al Hujurat: 13)
Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan jalan menuju surga yang kekal, sebuah kesuksesan yang tak ternilai harganya. Setiap individu pasti akan menghadapi ajalnya, dan pahala sejati bagi mereka adalah surga yang menjadi tempat tinggal abadi.
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik pria maupun wanita dalam keadaan beriman, maka niscaya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri akhir dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl : 97)
Bukanlah materi yang membawa kebahagiaan hakiki, melainkan keberlimpahan pahala dan berkah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang taat. Keberkahan rezeki, kehidupan yang penuh berkah, dan kesuksesan dalam segala aspek kehidupan merupakan janji bagi mereka yang tekun dalam beribadah.
Selama bulan suci Ramadan, kita diperintahkan untuk berpuasa, membaca Al-Quran, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Namun, keberkahan dan kebahagiaan tidak berakhir dengan berakhirnya Ramadan. Seluruh amal ibadah yang dilakukan dengan ikhlas dan ketaatan akan membawa berkah dan kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari.
Hari Kiamat, di hadapan Allah, akan diperlihatkan amal perbuatan manusia. Mengapa mereka takut? Bukankah mereka adalah orang-orang yang rajin menunaikan shalat, puasa, dan bersedekah? Namun, mereka merasa takut bahwa amal-amal mereka tidak akan diterima.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Mukminun ayat 57-61, Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka. Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka. Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun). Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.
Dari Aisyah, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini: “Dan orang-orang telah memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut.” Aisyah bertanya, “Apakah mereka itu orang yang meminum khamr dan berlebih-lebihan?”
Rasulullah menjawab, “Tidak wahai putri Ash Shiddiq. Tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, sholat dan mengeluarkan sedekah, sedang mereka takut amalnya tidak diterima. Mereka inilah orang-orang yang bersegera mengerjakan kebaikan.”
Doa selalu untuk rezeki yang halal, dan amal yang bermanfaat. Percayalah, bagi mereka yang bertakwa, Allah akan memberikan jalan keluar dari segala kesulitan, yang tak terduga. Bagi yang takwa, Allah akan memudahkan segala urusannya.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
Allahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa.
Artinya:
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (HR. Ibnu Majah, no. 925 dan Ahmad 6: 305, 322. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Orang-orang beriman telah diwajibkan berpuasa. Takwa adalah ketika kita taat kepada Allah, berharap pahala, meninggalkan maksiat sesuai dengan ilmu yang kita miliki, dan takut akan azab-Nya, serta berharap ampunan dan surga-Nya. Kita harus berjuang untuk mencapainya. Orang yang berjihad di jalan Allah adalah mereka yang berusaha meninggalkan yang dilarang.
Ingatlah, dunia bukanlah ukuran kebahagiaan sejati. Bagi mereka yang merasa aman di pagi hari, dengan badan yang sehat, dan ada makanan, mereka sebenarnya telah diberi kebahagiaan oleh Allah.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa pada pagi dalam kondisi aman jiwanya, sehat badannya, dan punya bahan makanan cukup pada hari itu, seolah-olah dunia telah dikumpulkan untuknya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Wahai istri, berlaku lah baik dan taat kepada suami.
Suami, jangan perlakukan istri dengan zalim.
Anak-anak, jangan durhaka kepada orangtua.
Orangtua, jangan perlakukan anak dengan zalim.
Di luar Ramadhan, semua masalah kita harus kita hadapkan kepada Allah. Hanya kepada-Nya kita berdoa dan menyembah.
Kebahagiaan sejati adalah ketika kita taat kepada Allah, bukan hanya soal dunia semata. Masuklah ke surga bersama dengan orang-orang yang sholeh.
Orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara berombongan sehingga apabila mereka telah sampai di sana dan pintu-pintunya telah dibuka, para penjaganya berkata kepada mereka, “Salāmun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu), berbahagialah kamu. Maka, masuklah ke dalamnya (untuk tinggal) selama-lamanya!” (QS. Az Zumar: 73)
Dalam kesimpulannya, Ustadz Mahfudz Umri, Lc حافظه الله mengajak kita untuk selalu berusaha menjadi hamba yang taat kepada Allah, meninggalkan segala larangan-Nya, dan berjuang untuk mencapai kebahagiaan sejati yang hanya diperoleh dengan taqwa.
Mari kita berjuang menjadi pribadi yang taat kepada Allah, menjalankan segala perintah-Nya, dan menempuh jalan kebahagiaan yang sejati. Dengan begitu, kita akan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat yang sejati dan abadi.
At Lapangan Masjid / SD SMP Riyadhus Shalihin Bekasi, 1 Syawal 1445 H