Bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari dengan mengharap keridaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas. (QS. Al Kahfi: 28)
Dalam kehidupan kita, sangatlah penting untuk tidak terjerumus dalam kecenderungan untuk mengikuti orang yang lalai dari kebenaran dan terjebak dalam hawa nafsu. Para ulama mengingatkan bahwa ayat ini memberikan larangan keras terhadap tindakan mengikuti orang yang lalai dari ajaran Allah dan terbawa arus hawa nafsunya.
Sebagai contoh, jika seseorang memiliki kebiasaan suka bermain bola dan mengajak kita untuk ikut serta, atau seseorang yang senang membaca dan mengajak kita ke perpustakaan, hal itu akan mempengaruhi kita. Setiap orang akan cenderung mempengaruhi kita dengan sifat-sifat yang dimilikinya. Jika orang tersebut lalai, maka ia akan mengajak kita ke arah yang sama. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam memilih lingkungan dan teman-teman kita, karena pasti akan ada saat-saat di mana kita terpengaruh oleh mereka.
Sebaliknya, cinta seseorang kepada Allah akan tercermin dari ucapannya. Jika seseorang sungguh mencintai Allah, ia akan senantiasa mengingat-Nya dengan berdzikir dan mematuhi segala yang diridhoi oleh Allah. Pola hidup yang menghabiskan waktu untuk melakukan hal-hal yang dicintai oleh Allah akan menciptakan kondisi yang baik dan positif bagi individu tersebut. Perbuatannya akan konsisten dan teratur.
Dalam kondisi seperti ini, orang yang memiliki karakter yang baik dan istiqomah layak untuk dijadikan teladan, baik dalam lingkungan kecil maupun besar. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memilih orang-orang yang kondisinya baik dan perbuatannya istiqomah sebagai sahabat atau lingkungan sosial kita. Karena pada akhirnya, sahabat-sahabat kita akan memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk diri kita.
Misalnya, saat mencari pasangan hidup, suami akan menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Oleh karena itu, bijaklah dalam memilih suami yang benar-benar baik, karena dia akan menjadi pemandu yang membentuk pola hidup. Pilihlah seseorang yang telah memiliki rekam jejak yang baik dan istiqomah dalam beribadah, bukan yang baru mengenal seperti kita.
Keberkahan akan terwujud bersama dengan orang-orang yang lebih senior, karena mereka telah membuktikan konsistensi dan keteguhan hati mereka dalam menjalani kehidupan yang taat kepada Allah hingga saat ini.
Ulama, sebagaimana manusia lainnya, tidak luput dari kesalahan. Namun, jika pun ulama bisa salah, maka kemungkinan kita untuk melakukan kesalahan jauh lebih besar. Oleh karena itu, secara logis, kita seharusnya mengikuti orang yang memiliki kemungkinan untuk melakukan kesalahan yang lebih kecil daripada kita.
Seringkali, kita cenderung menilai orang dengan tegas. Namun, perlu diingat bahwa ulama saja bisa salah, apalagi kita yang ilmunya belum seberapa.
Dalam menjalani kehidupan, kita tidak mencari orang yang sempurna, melainkan orang yang memiliki kemungkinan untuk melakukan kesalahan yang lebih kecil daripada kita, dan peluang untuk melakukan yang benar lebih besar dari kita. itulah yang kita ikuti.
Nikahilah seseorang yang tidak hanya bersedia berkomitmen, tetapi juga telah terbukti memiliki pola hidup yang baik, terutama dalam peran sebagai suami atau istri. Hal yang sama berlaku dalam memilih sahabat dan lingkungan sosial kita. Yang terpenting adalah mendapatkan ridho Allah dan tidak terjerumus dalam hawa nafsu.
Kita sebaiknya tidak menilai seseorang kecuali setelah benar-benar mengenalnya, seperti tinggal satu atap, melakukan perjalanan bersama, atau berurusan dengan uang. Mengubah pola hidup atau karakter seseorang adalah tugas yang sangat sulit. Namun, jika kita berteman dengan orang-orang yang sudah memiliki pola hidup yang baik, kita akan mendapatkan dukungan ketika menghadapi masalah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mendekatkan diri kepada mereka yang lebih berilmu dan berpengalaman, terutama mereka yang telah mengabdikan diri dalam kebaikan. Kebersamaan dengan para senior seringkali terlupakan dalam kehidupan kita.
Kita seringkali lupa untuk mencari tahu informasi penting tentang seseorang, seperti kapan mereka mulai terlibat dalam dunia dakwah. Ini penting karena mencerminkan bagaimana rekam jejak mereka. Sudahkah mereka menghadapi berbagai masalah? Apa sikap mereka dalam menghadapi tantangan tersebut? Apakah mereka mengikuti hawa nafsu, bersikap lalai terhadap Allah, atau bahkan bersifat arogan dan emosional? Ataukah mereka berusaha mencari ridho Allah dan menempatkan cinta kepada-Nya di atas segalanya? Inilah yang menjadi poin kunci.
Dalam membangun hubungan persahabatan atau dalam memilih pasangan hidup, penting untuk melakukan investigasi. Kita perlu mengetahui rekam jejak seseorang secara menyeluruh, karena taruhannya sangat besar. Kita tidak ingin mengambil risiko dengan keputusan yang tidak perlu, atau mengabaikan kebijaksanaan yang telah ada dari orang-orang yang lebih berpengalaman. Hal ini merupakan pentingnya pengetahuan yang diuraikan dalam Kitab Riyadhus Shalihin, yang menunjukkan betapa relevannya ilmu dari para ulama dalam kehidupan sehari-hari.
Jazakallahu Khairan Ustadz Nuzul Dzikri Hafidzahullah, semoga Allah senantiasa merahmatinya. Aamiin. Teman-teman dapat menyaksikan kajian lengkapnya melalui link YouTube ini. Semoga catatan kajian ini memberikan manfaat, semoga Allah senantiasa memudahkan kita dalam mengamalkan kebaikan, serta memberikan ilmu yang bermanfaat. Aamiin. Barakallahu fiikum.