Alhamdulillah, Pada tanggal 13 Januari 2024 di Masjid Raya At-Taqwa Rawalumbu Saya dan sahabat berkesempatan untuk hadir Dauroh Janaiz Fiqih dan Praktek Pengurusan Jenazah Sesuai Sunnah bersama Ustadzah Ummi Yunengsingsih حفظه الله. Pembelajaran yang mengulas setiap aspek dari mengingat kematian hingga pelaksanaan pengurusan jenazah sesuai tuntunan agama Islam yang benar.
Mengingat Kematian dan Kebaikan yang Didapatkan
Ustadzah Ummi memulai kajian dengan menekankan pentingnya merenungkan kematian. Ia menguraikan bahwa orang yang sering mengingat kematian akan meraih tiga kebaikan yang sangat berharga. Pertama, individu tersebut akan segera berbuat amal sholeh, karena di dalam Surah Al-Munafiqun Ayat 10 menegaskan bahwa setelah kematian, amalan tidak dapat dilakukan lagi. Setan juga suka memanjangkan angan-angan dan mengalihkan perhatian kita dari taubat. Orang yang mengingat kematian akan cenderung bertaubat dan tidak menunda-nunda.
Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata (sambil menyesal), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang saleh.” (QS. Al Munafiqun: 10)
Kedua, mereka yang merenung kematian akan berusaha bertaubat atas kesalahan yang pernah dilakukan. Dan ketiga, individu tersebut akan hidup dengan qanaah terhadap dunia, tanpa keinginan berlebihan terhadap harta, karena kesadaran bahwa pada saat kematian, hanya tiga lembar kain kafan yang akan dibawa.
Ustadzah Ummi juga menyampaikan bahwa Rasulullah mengatakan bahwa orang yang paling cerdas dan mulia adalah mereka yang selalu mengingat kematian dan bersungguh-sungguh menyiapkan bekal untuk kehidupan akhirat.
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).
Dalil Hadist dikutip dari Sumber https://rumaysho.com/2822-kematian-yang-kembali-menyadarkan-kita.html
Sakaratul Maut dan Talqin
Sebagian besar orang yang meninggal mengalami sakit, dan Kita yang sehat dapat menghibur orang yang sakit semisal mengingatkan bahwa sakit itu menggugurkan dosa. Jika sakit tersebut sulit atau berat, menurut petunjuk dokter, talqin sebaiknya dilakukan. Talqin, atau tuntunan, adalah amalan yang disarankan ketika seseorang akan meninggal.
Ustadzah Ummi menyampaikan hadist Rasulullah yang menyarankan untuk menuntun orang yang akan meninggal dengan kalimat ” لَا إِلَهَ إِلاَّ الله” agar orang tersebut mendapatkan janji dari Allah.
“Tuntunlah orang yang akan meninggal dunia di antara kalian (untuk mengucapkan kalimat) ‘Lâ ilâha illallâh ”
Referensi : https://almanhaj.or.id/4420-hadits-dhaif-lemah-tentang-tahlilan-untuk-orang-mati.html
Jika orang yang akan meninggal mengucapkan, “Rabb kami adalah Allah,” malaikat akan turun dalam jumlah banyak untuk menghibur dan memberikan kabar baik bahwa surga menantinya.
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”(QS. Fussilat: 30)
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap istikamah, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih. Mereka itulah para penghuni surga (dan) kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al Ahqaf: 13-14)
Amal tergantung ujungnya.
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)
Sumber https://rumaysho.com/13187-amalan-tergantung-pada-akhirnya.html
Rasulullah mengajarkan kita untuk memberikan talqin kepada orang yang dalam kondisi sakit atau menghadapi kematian. Namun, di zaman sekarang, terkadang tindakan baik ini disalahpahami, dianggap sebagai doa agar orang meninggal. Sebenarnya, talqin adalah bentuk dorongan dan pengingat akan kebaikan dan ketakwaan di hadapan Allah. Setelah melakukan talqin dan diikuti maka baiknya kita diam. Makruh untuk mentalqinkan terus-menerus. Jika orang sakit itu sembuh, semoga kehidupannya dipenuhi dengan amal kebaikan. Dan ketika orang sakit itu menghadapi kematian, semoga ia termasuk meninggal dalam keadaan yang baik, serta menjadi salah satu yang diberikan tempat di surga oleh Allah.
Setelah sudah jelas kematiannya:
- Tutuplah matanya. Ruhnya akan dicabut dari ujung kakinya dan dilepaskan dari ubun-ubunnya. Sakitnya sakaratul maut lebih mengilukan daripada dicemplungkan ke air mendidih, bahkan lebih pedih dibandingkan di gergaji.
Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya“
Referensi : https://almanhaj.or.id/29430-sakaratul-maut-detik-detik-yang-menegangkan-lagi-menyakitkan.html
- Orang yang beriman ketika meninggal akan mendapatkan hiburan dari malaikat.
- Tidak jarang, ketika seseorang meninggal, matanya bisa melotot. “Apabila kamu menghadiri orang yang telah meninggal dunia di antara kamu sekalian, maka pejamkanlah matanya, karena sesungguhnya mata itu mengikuti (perginya) roh. Dan berkatalah yang baik-baik, karena para malaikat mengamini apa yang dikatakan oleh keluarga si mayit.” (HR Ibnu Majah dan dinilai hasan dalam Shahih Al-Jami’ dan Ash-Shahihah) Doa yang dapat dibaca adalah “Allahumagfirlaha” atau “lahu” sambil mengusap matanya. Doa tersebut berisi permohonan ampunan untuk mayit, peningkatan derajatnya di hadapan Allah, petunjuk hidayah bagi keluarganya, serta kelapangan dan terangnya kuburnya.
Allahummaghfirla-hu warham-hu wa ‘aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-hu, wa wassi’ madkhola-hu, waghsil-hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-hi minal khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdil-hu daaron khoirom min daari-hi, wa ahlan khoirom min ahli-hi, wa zawjan khoirom min zawji-hi, wa ad-khilkul jannata, wa a’idz-hu min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar.
“Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim no. 963)
Catatan: Do’a di atas berlaku untuk mayit laki-laki. Jika mayit perempuan, maka kata –hu atau –hi diganti dengan –haa. Contoh “Allahummaghfirla-haa warham-haa …”. Do’a di atas dibaca setelah takbir ketiga dari shalat jenazah.
Sumber https://rumaysho.com/4905-ringkasan-pengurusan-jenazah.html
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Abu Salamah yang telah menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan kedua mata terbelalak, kemudian beliau memejamkan kedua mata Abu Salamah dan berkata, ‘Sesungguhnya bila ruh telah dicabut, maka ia diikuti oleh pandangan mata.’ Tiba-tiba terdengar kegaduhan dari sebagian keluarga Abu Salamah, maka beliau pun bersabda, ‘Janganlah kalian berdo’a atas diri kalian kecuali dengan kebaikan, karena sesungguhnya Malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.’ Kemudian beliau mendo’akan Abu Salamah seraya berkata:
‘Ya Allah, ampunilah dosa dan kesalahan Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya di kalangan orang-orang yang diberi petunjuk, dan jagalah keturunan sesudahnya. agar termasuk dalam orang-orang yang selamat. Ampunilah kami dan ia, lapangkanlah kuburnya serta berilah cahaya di dalamnya.’”
Referensi : https://almanhaj.or.id/2105-kitab-jenazah.html
Selanjutnya, perhatikan postur tubuh mayit. Pastikan mata, mulut, kaki, dan tangan berada dalam posisi yang layak. Selanjutnya, lepaskan pakaian mayit, karena jika tidak segera dilakukan, kaku tubuh mayit dapat membuatnya sulit untuk dilepaskan. Jika tidak memungkinkan untuk melepaskan behel, gigi palsu sulit dilepas, tidak perlu dipaksa. Setelah itu, tutuplah mayit dengan sehelai kain.
Proses Pengurusan Jenazah Sesuai Sunnah
1. Memandikan Jenazah
Proses memandikan jenazah dijelaskan sebagai fardhu kifayah, yang artinya menjadi kewajiban kolektif (harus ada sebagian kaum muslimin yang melakukan hal ini terhadap mayit). Orang yang diwasiatinya memiliki hak pertama untuk memandikan, diikuti oleh anggota keluarga. Orang yang melaksanakan tugas memandikan harus memiliki sifat amanah dan memiliki pengetahuan untuk menutup aib mayit. Pahala besar diberikan kepada mereka yang memandikan dan menutup aib mayit. Wanita dimandikan oleh wanita, dan pria dimandikan oleh pria.
Memandikan mayat menggunakan air bersih dan daun bidara yang diremas untuk mengeluarkan busa. Alternatifnya, sabun juga dapat digunakan.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan mengenai seseorang yang meninggal dunia karena jatuh dari untanya, “Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.” (HR. Bukhari, no. 1265 dan Muslim, no. 1206)
Sumber dalil dikutip dari https://rumaysho.com/20976-aturan-memandikan-jenazah.html
Persiapkan tiga ember sebagai berikut:
- Air bersih.
- Air sabun (hindari penggunaan yang berlebihan, karena akan digunakan untuk pembuatan sabun; sabun batang bisa diiris).
- Air yang telah dicampur dengan kamper atau kapur barus yang sudah ditumbuk, gunakan sebagai siraman terakhir. Jangan lupa untuk membersihkan rambut mayit dengan menggunakan shampo.
Tim yang melaksanakan mandi jenazah perlu dilengkapi dengan perlindungan seperti pelindung tubuh, masker, sarung tangan. Mandikan sebanyak 1,3, 5, atau 7 kali. Jika setelah 7x masih ada keluaran kotoran, gunakan kapas untuk menyumbel. Pastikan untuk menanyakan apakah terdapat luka atau tidak, guna persiapan sebelum memandikan jenazah.
Proses mandi jenazah melibatkan langkah-langkah berikut:
- Niat.
- Bismillah.
- Istinjakan. Cebokkan mayit dari depan ke belakang dengan menggunakan selang dan menekan perut untuk mempermudah keluarnya kotoran.
- Wudhu.
- Sabunin tubuh mayit, dimulai dari bagian kanan, lalu kiri. Selesaikan sebagai satu kali mandi. Perhatikan apakah ada cairan yang keluar dari telinga, mulut, atau hidung saat memiringkan badan mayit. Jika ada keluaran darah (langsung disumbel), bersihkan hidung dan kuping menggunakan cotton bud.
2. Mengkafani Jenazah
Proses mengkafani melibatkan penggunaan tiga lembar kain kafan.
Dari Abu Rafi’ radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang memandikan jenazah dan ia menyembunyikan cacat jenazah tersebut, niscaya dosanya diampuni sebanyak 40 kali. Barang siapa yang mengafani jenazah (mayit), niscaya Allah akan memakaikan kepadanya kain sutera yang halus dan tebal dari surga. Barang siapa yang menggali kuburan untuk jenazah, dan dia memasukkannya ke dalam kuburan tersebut, maka dia akan diberi pahala seperti pahala membuatkan rumah, yang jenazah itu ditempatkan (di dalamnya) sampai hari kiamat.” (HR. Al-Hakim, 1: 354, 362; Al-Baihaqi, 3: 395. Al-Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Muslim dan lafazhnya adalah dari Al-Hakim. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 3492 menyatakan bahwa hadits ini shahih)
Sumber dalil dikutip dari https://rumaysho.com/
3. Shalat Jenazah
4. Proses Selanjutnya
Setelah menjalani proses memandikan dan mengkafani, jenazah segera diantarkan ke kuburan untuk segera dimakamkan. Pembayaran hutang, pembagian warisan, dan penyelesaian hal-hal yang belum terselesaikan sebelumnya agar segera dilakukan. Jangan ditunda-tunda
Ustadzah Ummi juga menekankan bahwa kita tidak boleh membicarakan hal buruk terhadap mayit, dan sunnahnya adalah meninggal dan dimakamkan di tempat di mana kita meninggal. Jika meninggal di Bekasi, Maka dikuburnya di Bekasi juga.
Rasulullah bersabda, ‘Apabila salah seorang di antara kalian meninggal, janganlah kalian menahannya dan segeralah memakamkannya.” (HR Thabrani).
Penutup
Dalam penutup kajiannya, Ustadzah Ummi mengingatkan kita untuk tidak menunda-nunda masalah pengurusan jenazah sesuai sunnah. Sebagai seorang Muslim, berwasiatlah agar saat meninggal dunia, jenazah kita dapat diurus sesuai dengan sunnah.
Kajian ini diakhiri dengan mengingatkan hadist bahwa 40 orang yang menyolatkan jenazah akan mendapatkan syafa’at.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lantas dishalatkan (shalat jenazah) oleh 40 orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun melainkan Allah akan memperkenankan syafa’at (do’a) mereka untuknya.” (HR. Muslim no. 948)
Sumber dalil dikutip dari https://rumaysho.com/1867-keutamaan-shalat-jenazah.html
Dauroh Janaiz bersama Ustadzah Ummi Yunengsingsih memberikan pemahaman mendalam mengenai pentingnya mempersiapkan diri untuk akhirat, sekaligus memberikan panduan praktis dalam mengurusi jenazah sesuai sunnah. Semoga catatan ini dapat menjadi rujukan dan inspirasi bagi kita semua dalam mengarungi perjalanan akhirat dengan penuh keimanan dan kebijaksanaan.
Alhamdulillah, pada hari Sabtu yang lalu, kami mendapat kesempatan langsung untuk mempraktekkan proses pengurusan jenazah. Insyaallah, ke depannya akan ada dauroh-dauruh lanjutan. Semoga Allah memberikan izin kepada kita semua untuk ikut serta dalam dauroh yang akan datang. Semoga teman-teman yang membaca artikel ini bisa meraih manfaat yang lebih besar jika turut serta dalam dauroh tersebut. Untuk informasi lebih lanjut mengenai dauroh ummahat, klik [di sini].
Jazakumullahu khair wa barakallahu fiikunna, Ustadzah Ummi Yunengsih. Semoga Allah senantiasa menjaga kesehatan badan Ustadzah, memberkahi usia Ustadzah dalam kehidupan, dan melimpahkan berkah yang tiada hentinya. Aamiin. Terima kasih juga kepada seluruh tim Al Ummahat yang telah berjuang untuk terselenggaranya acara dauroh ini. Barakallahu Fiikum