Dalam catatan Dauroh cara sukses menjadi Juragan Dunia Akhirat bersama Ustadz Maududi Abdullah, Lc حفظه الله, kita diperkenalkan pada konsep kekayaan yang melampaui batasan harta materi. Kajian ini mengajarkan bahwa kekayaan sejati terletak pada kekayaan jiwa yang dapat dicapai melalui ketaatan terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Artikel ini akan lebih dalam memahami tentang kekayaan jiwa, bagaimana kita dapat memilikinya, dan pentingnya mengarahkannya untuk keberkahan dunia dan akhirat.
1. Kekayaan Jiwa yang Universal
Menurut Ustadz Maududi Abdullah, kekayaan jiwa bukan hak istimewa yang hanya dimiliki oleh segelintir orang. Sebaliknya, ini adalah kekayaan yang dapat diakses oleh siapa pun, tanpa memandang status sosial atau harta yang dimiliki. Puncak kekayaan ini terletak pada qonaah, rasa cukup dan puas dengan pemberian Allah, yang membawa kekayaan tanpa harus memiliki harta berlimpah.
2. Kaya Jiwa, Bukan Kaya Harta
Dalam perspektif Islam yang diajarkan oleh Ustadz Maududi Abdullah, kekayaan sejati bukanlah akumulasi harta benda. Sebaliknya, kaya jiwa tercermin dalam keikhlasan dan rasa syukur terhadap nikmat Allah. Meskipun seseorang memiliki banyak harta, namun merasa kurang, maka dia adalah fakir hakiki.
3. Kekayaan untuk Akhirat
Pentingnya menggunakan kekayaan dunia untuk mencapai kekayaan akhirat menjadi sorotan dalam kajian ini. Ustadz Maududi Abdullah menekankan bahwa harta dunia sebaiknya tidak hanya digunakan untuk kepentingan duniawi semata. Sebaliknya, harta tersebut harus diarahkan untuk meraih keberkahan dan kebahagiaan yang tak pernah membosankan di akhirat.
Siapa yang menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki. Kemudian, Kami sediakan baginya (neraka) Jahanam. Dia akan memasukinya dalam keadaan tercela lagi terusir (dari rahmat Allah). (QS. Al Isra: 18)
Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik. (QS. Ali Imran: 14)
4. Membantah Kaidah Syaitan
Dalam mengejar kekayaan, kita harus bantah kaidah syaitan yang menyatakan “Yang haram saja susah, apalagi yang halal“. Beliau mengajarkan realitas bahwa Allah memudahkan yang halal dan mempersulit yang haram. Dengan hidup berpedoman pada ikhlas dan banyak beramal, seorang Muslim dapat meraih keberkahan dalam kehidupannya.
5. Prioritas Kemuliaan Dibalik Harta: BERKAH
Ustadz Maududi Abdullah mengajarkan bahwa keberkahan adalah tujuan utama di balik harta. Kekayaan sejati terwujud ketika harta digunakan untuk kepentingan yang benar, yaitu kesolehan. Dengan begitu, kekayaan bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk mencapai nikmat dan berkah yaitu SURGA, yang merupakan cita-cita terbesar orang yang beriman.
Kesimpulan
Melalui catatan kajian Ustadz Maududi Abdullah ini, agar kita merenung tentang kekayaan sejati. Bukan harta dunia yang melimpah, namun kekayaan jiwa yang membawa kebahagiaan dan keberkahan di dunia dan akhirat. Semoga, dengan mengamalkannya, kita dapat memahami esensi kekayaan sejati dan meraih keberkahan dalam setiap langkah kehidupan kita. Aamiin, Barakallahu fiikum.