Oleh Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin’Amir Ar-Ruhaili حفظه الله
Penerjemah: Ustadz Maududi Abdullah, Lc. حفظه الله
Lokasi: Masjid Jami’ Al Barkah, Cileungsi
Dalam kajian tabligh akbar mengenai Aqidah yang benar, Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir Ar Ruhaili yang merupakan ulama dari Kota Madinah, Kerajaan Saudi Arabia memaparkan sejumlah konsep penting yang tidak dapat diabaikan. Artikel ini bertujuan untuk merinci dan memperjelas poin-poin yang terdapat dalam catatan kajian.
1. Aqidah shahiihah: Warisan Rasul
Aqidah Shahiihah adalah warisan yang ditinggalkan oleh Rasulullah. Umat Islam diingatkan bahwa akan ada 73 kelompok, dan hanya satu di antaranya yang tidak akan masuk neraka, yaitu “orang yang seperti aku dan para sahabatku.”
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti pemahamanku dan pemahaman sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Jadi, yang mengikuti pemahaman para sahabat, itulah yang selamat.
2. Etensi Aqidah Shahiihah sebagai Penyatu Umat
Etensi Aqidah Shahihah dijelaskan sebagai sesuatu yang dapat ditemukan dalam ajaran Rasulullah, para sahabat, dan para imam saat ini. Syaikh Ruhaili menegaskan bahwa Aqidah yang benar harus bersumber dari tiga hal: Kitabullah (Al-Qur’an), as-Sunnah, dan Ijma’ Ulama.
3. Pondasi Penting Aqidah Shahihah: Keyakinan, Keselamatan, dan Hukum Syari
Syaikh Ruhaili menyoroti tiga pondasi kunci Aqidah Shahiihah:
- Keyakinan kepada Allah
- Selamatnya Aqidah dalam Agama Islam
- Selamatnya Menerapkan Hukum Syari
4. Mengenali Sifat Allah dan Menjauhi Pemahaman Menyimpang
Syaikh Ruhaili menekankan perbedaan antara sifat Allah dan sifat makhluk, serta mengingatkan umat Islam untuk menjauhi pemahaman yang menyimpang, seperti mengatakan Allah memiliki tangan dan sama dengan tanganku. Hal ini terlarang dalam mengimani nama dan sifat Allah.
Karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. Asy Syura: 11)
5. Memohon hanya kepada Allah
Dalam Aqidah Shahiihah tentang Allah, keyakinan utama adalah bahwa Dia adalah satu-satunya Pencipta dan Pengatur langit dan bumi. Tidak ada sekutu bagi Allah dalam penciptaan dan pengaturan-Nya.
Setiap mukmin wajib meyakini prinsip ini dan menjaga hatinya agar tidak memandang ada yang bisa mengatur selain Allah. Kehati-hatian ini menjadi landasan penting, mengingat ke-Esaan Allah yang tidak dapat disandingkan dengan apapun.
Kewajiban untuk memohon hanya kepada Allah ditegaskan, dan mukmin dilarang berdoa kepada orang shaleh atau nabi. Setiap permohonan haruslah ditujukan secara eksklusif kepada Allah.
Jika ada kebutuhan atau keinginan, tuntutan Aqidah Shahiihah mengarahkan agar meminta dan memohon hanya kepada Allah. Allah, sebagai satu-satunya pemberi rezeki, memiliki kekuasaan untuk melaksanakan segala sesuatu. Allah tidak memiliki istri ataupun anak, sehingga semua aspek kekuasaan dan rezeki bersumber sepenuhnya dari-Nya.
Sesungguhnya Allahlah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh. (QS. Az Zariyat: 58)
Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Rabb kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak.” (QS. Al-Jinn: 3)
6. Aqidah Benar tentang Pengabadian Orang Islam
Dalam Aqidah yang benar tentang Allah, prinsip utamanya adalah mengesakan Allah sebagai satu-satunya yang layak diibadahi dengan benar. Hanya kepada Allah-lah hak ibadah sepenuhnya, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
Aqidah ini adalah ajaran yang telah disampaikan kepada Rasul, yang mana setiap umat rasul diarahkan untuk beribadah kepada Allah. Konsep bahwa thagut, yaitu segala sesuatu selain Allah, tidak boleh diibadahi, menjadi landasan kuat dalam Aqidah ini.
Meskipun demikian, jika ada yang menjadikan batu, manusia, pohon, ataupun setan sebagai thagut, hal tersebut tidak akan memiliki pengaruh terhadap Allah. Dalam Aqidah yang benar ini, doa, menyembelih, sujud, amalan hati, dan segala bentuk ibadah hanya dilakukan karena Allah, sebagai satu–satunya sesembahan.
Siapa yang menentang Rasul (Nabi Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dalam kesesatannya dan akan Kami masukkan ke dalam (neraka) Jahanam. Itu seburuk-buruk tempat kembali. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah tersesat jauh. (QS. An Nisa: 115-116)
7. Islam, Iman, Ihsan: Fondasi Kuat Agama Islam
Dalam mengejar derajat ihsan, beribadah kepada Allah seolah-olah kita dapat melihat-Nya. Ketika seseorang memasuki Islam, ia menjadi seorang Muslim. Seiring dengan meningkatnya iman dan amal sholeh, seseorang mencapai status mukmin. Semakin luar biasa ibadahnya, seakan-akan melihat Allah dan merasa diawasi oleh-Nya, ini akan mencapai derajat ihsan.
Agama Islam adalah agama yang membawa kebenaran (HAQ). Bagi mereka yang ingin belajar Islam, langkah pertama adalah melakukan apa yang Rasul contohkan.
Rukun Islam ada lima: syahadatain, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah Al-Haram.
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 18)
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkarinya, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari semesta alam.” (QS. Ali Imran: 97)
Rukun iman adalah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari Akhir, dan engkau beriman terhadap takdir yang baik maupun yang buruk.
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, Malaikat-Malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi.” (QS. Al-Baqarah: 177)
“Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir-takdir.” (QS. Al-Qamar: 49)
8. Selamatnya Aqidah saat Menerapkan Hukum Allah
Pentingnya menjaga keutuhan aqidah saat menerapkan hukum Allah ditekankan oleh Syaikh Ruhaili. Umat Islam diingatkan agar tidak berlebihan atau cuek dalam menjalankan ajaran agama.
9. Manusia terbagi menjadi 3 kelompok
Manusia menjadi tiga kelompok: Orang Islam, Kuffar (kafir), dan Munafik. Umat Islam diingatkan untuk menjauhi bid’ah dan memiliki aqidah yang kuat.
- Orang-orang Islam, yakni individu yang telah mengakui keberadaan Allah dan memiliki iman. Dalam kelompok ini, terdapat tiga tingkatan: Muslim, Mukmin, dan Ihsan.
- Kuffar, yaitu orang-orang kafir yang menolak kebenaran agama ini. Mereka adalah individu yang tidak menerima dakwah Nabi dan dijanjikan kekal di neraka Jahannam. Kelompok ini mencakup orang-orang Yahudi, Nasrani, dan penganut agama selain Islam, kecuali jika mereka masuk Islam. Amal perbuatan baik mereka tidak akan diterima kecuali mereka memeluk agama Islam.
- Munafik, adalah orang-orang yang menunjukkan sikap Islam tetapi menyembunyikan kekafiran di dalam hati mereka. Mereka hanya menampilkan kemusliman secara fisik dan akan kekal di lapisan paling bawah neraka Jahannam. Kaum munafik sesungguhnya berada pada tingkatan terendah di neraka.
Sungguh, Allah telah menurunkan (ketentuan) bagimu dalam Kitab (Al-Qur’an) bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), janganlah kamu duduk bersama mereka hingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Sesungguhnya kamu (apabila tetap berbuat demikian) tentulah serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang munafik dan orang kafir di (neraka) Jahanam.
(Mereka itu adalah) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu. Apabila kamu mendapat kemenangan dari Allah, mereka berkata, “Bukankah kami (turut berperang) bersamamu?” Jika orang-orang kafir mendapat bagian (dari kemenangan), mereka berkata, “Bukankah kami turut memenangkanmu dan membela kamu dari orang-orang mukmin?” Allah akan memberi keputusan di antara kamu pada hari Kiamat. Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk mengalahkan orang-orang mukmin.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah membalas tipuan mereka (dengan membiarkan mereka larut dalam kesesatan dan penipuan mereka). Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali.
Mereka (orang-orang munafik) dalam keadaan ragu antara yang demikian (iman atau kafir), tidak termasuk golongan (orang beriman) ini dan tidak (pula) golongan (orang kafir) itu. Siapa yang dibiarkan sesat oleh Allah (karena tidak mengikuti tuntunan-Nya dan memilih kesesatan), kamu tidak akan menemukan jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai teman setia dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah kamu ingin memberi alasan yang jelas bagi Allah (untuk menjatuhkan hukuman) atasmu?
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) di tingkat paling bawah dari neraka. Kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.
(QS. An Nisa: 140-145)
10. Pertolongan Allah kepada Aqidah yang Benar
Syaikh Ruhaili meyakinkan bahwa pertolongan Allah akan mengikuti mereka yang beriman dan memiliki aqidah yang benar. Bukti-bukti dari sejarah dan realitas di dunia menunjukkan bahwa Allah senantiasa menolong orang beriman dalam pertempuran dan tantangan hidup.
Penting untuk menyadari bahwa umat Islam tidak berbeda dalam level yang sama; sebagian dari mereka memiliki iman yang benar-benar kuat. Bid’ah terjadi ketika seseorang melaksanakan ibadah yang tidak pernah diatur oleh Rasul. Ini merupakan hal yang tidak diinginkan dan buruk dalam agama Islam.
Adalah kewajiban bagi kita memiliki aqidah yang kuat dan benar. Ketika seseorang melakukan dosa besar, Allah akan memberikan ampunan jika Dia berkenan, dan sebaliknya. Maksiat dan dosa-dosa kecil diharapkan dapat dihapuskan dengan melaksanakan amal sholeh dan taat kepada Allah. Namun, jika terus melakukan dosa kecil, ini dapat membawa seseorang masuk ke dalam dosa besar.
Sesungguhnya, umat yang berada di atas agama yang benar akan mendapatkan pertolongan dari Allah. Hal ini jelas disebutkan dalam dalil dari Quran dan sunnah.
Allah sebagai Pencipta langit dan bumi memberikan pertolongan kepada orang-orang yang beriman kepada Rasul. Mereka yang memegang teguh aqidah yang benar akan selamat dari bid’ah. Pertolongan Allah bagi mereka beriman tidak hanya dalam kehidupan dunia, tetapi juga di akhirat.
Pada saat kiamat, orang beriman akan menyatakan keimanan mereka kepada Allah. Orang-orang dari berbagai agama, termasuk Nasrani dan Yahudi, juga akan menyatakan keimanan kepada Allah.
Allah hanya akan memberikan pertolongan kepada orang-orang yang beriman dan memegang teguh aqidah yang benar. Allah telah mengutus rasul-rasul-Nya dengan petunjuk dan mengajak manusia untuk memeluk agama Islam.
Mayoritas penduduk bumi ini adalah penganut agama Islam, dan ini merupakan janji Allah untuk mengenalkan agama Islam kepada umat manusia.
Sebagai orang Muslim, penting untuk menjalankan agama ini dengan benar dan istiqomah. Dalil-dalil yang menyatakan bahwa Allah akan memberikan pertolongan kepada orang-orang yang memegang teguh aqidah benar.
Memahami bahwa menolong Allah berarti menjalankan agama Islam dengan istiqomah, iman, dan ketaatan kepada Al-Quran dan sunnah.
Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad: 7)
11. Jauhi Syirik dan Bidah: Mempertahankan Aqidah dalam Argumentasi
Syaikh Ruhaili menegaskan perlunya menjauhi syirik dan bidah, serta pentingnya mempertahankan aqidah dalam argumentasi. Umat Islam diingatkan bahwa hujjah dari aqidah yang benar sangat kuat dan tak terkalahkan.
12. Hakikat Pertolongan Allah kepada Ahlussunnah Al Jamaah
Bagian akhir membahas hakikat pertolongan Allah kepada Ahlussunnah Al Jamaah. Hakikat pertolongan Allah tidak hanya terbatas pada pertempuran dan peperangan, melainkan mencakup aspek yang lebih luas.
Allah memberikan pertolongan kepada orang yang beriman dan memiliki aqidah yang shahih, serta memberikan rasa aman kepada mereka yang taat kepada-Nya. Orang yang beriman akan mendapatkan kemenangan dari musuh-musuhnya.
Realitas di dunia ini menunjukkan bahwa Allah senantiasa menolong orang-orang yang beriman. Sejarah zaman nabi-nabi, seperti perang Badar dan Hunain, serta pertolongan Allah kepada para sahabat dan kaum mukmin dalam pertempuran yang hebat, merupakan bukti nyata dari pertolongan Allah.
Agama Islam tetap kokoh di permukaan bumi, tidak hanya karena banyaknya umat Islam, tetapi karena Allah sendiri yang menjaga agama ini. Meskipun umat Islam sering kali dihadapkan pada tantangan dan peperangan, tetapi kejayaan agama Islam tidak hanya diukur dari jumlah umatnya.
Kejayaan Islam tergantung pada amal dan ketaatan umat Islam kepada Allah. Allah memberikan pertolongan dalam argumen agama melalui dalil syariat dan kisah-kisah yang telah kita ketahui. Hujjah yang diberikan oleh orang beriman sangat kuat, dan tidak ada seorang pun ahli bidah yang dapat mengalahkan argumen dari orang yang berpegang pada ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Orang beriman menyampaikan argumennya dengan jelas berdasarkan dalil-dalil dari Al-Quran dan Sunnah, sehingga hujjah mereka tidak dapat dikalahkan oleh siapapun. Hal ini menunjukkan bahwa pertolongan Allah tidak hanya bersifat fisik dalam peperangan, tetapi juga mencakup pertolongan dalam meyakinkan hati dan argumen yang kuat di jalan kebenaran.
Dengan ini, saya merangkum catatan kajian dari acara tabligh akbar Ahad kemarin, 21 Januari 2024. Semoga dapat memberikan manfaat, juga untuk teman-teman yang tidak sempat menghadiri kajian tersebut. Saya menambahkan dalil-dalil Al-Quran dari sumber website litequran.net dan dalil hadis atau yang lainnya dari rumaysho.com untuk melengkapi informasi yang disampaikan saat kajian. Semoga Allah memaafkan kesalahan-kesalahan saya dalam menyusun penulisan ini. Jika ada kebaikan dan manfaat, itu adalah anugerah dari Allah semata. Saya berharap tulisan ini menjadi sumber manfaat bagi para pembaca dan menjadi salah satu amal sholeh yang akan diperhitungkan di timbangan amal kebaikan di akhirat nanti. Aamiin ya Rabb. Barakallahu fiikum.
Sebagai catatan, pembahasan aqidah memang sangat berat, dan saya berharap bahwa kuping saya tidak salah mendengar dan tangan ini benar mencatat selama kajian berlangsung.
Dari Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan ketika di akhir (pertemuan) ketika beliau akan bangun dari majelis, ‘SUBHAANAKALLOHUMMA WA BIHAMDIKA, ASY-HADU ALLA ILAHA ILLA ANTA, AS-TAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIK’ (Mahasuci Engkau, wahai Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Aku meminta ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu).
Lantas ada seseorang yang berkata, ‘Wahai Rasulullah, engkau mengucapkan ucapan yang belum pernah engkau ucapkan sebelumnya.’ Beliau menjawab, ‘Itu adalah kafarat bagi dosa yang terjadi selama di dalam majelis.’
(HR. Abu Daud, Al-Hakim Abu ‘Abdillah dalam Al-Mustadrak dari riwayat ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dan ia mengatakan bahwa hadits ini sanadnya shahih). [HR. Abu Daud, no. 4859; Ahmad, 4:425. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan].
Sumber https://rumaysho.com/17134-doa-kafaratul-majelis.html
terus semangat bikin tulisan yang bermanfaat ya mba deeep .asli reminder alert
Tulisan yang bermanfaat di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, semoga mendapatkan kemuliaan dengan mendapatkan dan merasakan malam yang mulia malam lailatul qadr 🥺🤲