Dalam perjalanan kehidupan seorang muslim, keimanan seringkali seperti baju yang bisa pudar. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memupuk dan memperkokoh keimanan, salah satunya dengan duduk di majelis ilmu. Kita akan mengeksplorasi beberapa poin penting yang diambil dari kajian “Syarah Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah” yang disampaikan oleh Ustadzah Ummi Yunengsih حفظه الله.
Bisnis Niat dan Kejujuran terhadap Niat
Bisnis niat merupakan konsep penting dalam Islam. Ketika terhalang melakukan kebaikan, setidaknya kita harus memelihara keinginan untuk hadir. Meskipun hasil akhirnya urusan Allah, Allah menilai niat yang sungguh-sungguh dan diwujudkan dalam amal perbuatan.
Ciri-ciri Orang Bertakwa
Ciri-ciri orang bertakwa, termasuk dalam hal infak, menahan amarah, dan mudah memaafkan orang lain.
(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya). (QS. Ali Imran: 134-135)
Kebaikan dan Dosa
Allah sangat cinta kepada orang-orang yang berlaku baik. Jika kita menginginkan kasih sayang Allah, teruslah berbuat kebaikan.
Ketika kita membicarakan orang lain, pada hakikatnya kita merugikan diri sendiri. Begitu juga ketika kita kikir atau malas bersedekah, kita sebenarnya merugikan diri sendiri. Hal yang sama berlaku ketika kita terlibat dalam perbuatan buruk, itu sekaligus berarti kita menzalimi diri sendiri.
Kebaikan dan keburukan tidak bisa dibandingkan, keduanya memiliki dampak yang berbeda dalam kehidupan kita.
Keutamaan Bulan Rajab
Rajab adalah bulan yang di mana segala perbuatan baik diberkahi dan dilipatgandakan pahalanya. Sebaliknya, dosa dan keburukan juga mendapat konsekuensi yang lebih besar di bulan yang mulia ini.
Poin 9 pada halaman 342 dalam Buku Prinsip Ahlus Sunnah dengan Dien dan Iman tentang prinsip-prinsip Ahlus Sunnah.
Kedudukan Orang Beriman
Orang Khawarij mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan dalam hadits ini: “Tidaklah orang yang berzina saat ia berzina disebut mukmin.” Berarti kata mereka: “Kalau tidak disebut mukmin berarti kafir.” Ini adalah pendapat Khawarij yang menyesatkan, saudaraku.
Adapun pendapat Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah bahwa pelaku dosa besar selama dia tidak meyakini kehalalan dosa tersebut, dia tahu dan yakin bahwa itu haram tapi dia mengikuti hawa nafsu, maka dia fasik belum kafir. Dan dihari kiamat nanti dia dibawah kehendak Allah. Jika Allah kehendaki Allah akan maafkan dia, dan jika Allah kehendaki Allah akan adzab dia.
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni yang lebih rendah dari syirik bagi siapa yang Allah kehendaki…” (QS. An-Nisa’: 48)
Di sini Allah mengatakan bahwa untuk dosa yang lebih rendah dari kesyirikan maka itu di bawah kehendak Allah. Jika Allah kehendaki Allah akan adzab dia, dan jika Allah kehendaki Allah kenapa maafkan dia.
Seseorang yang terlibat dalam perbuatan berzina menunjukkan bahwa imannya kurang, Ingatlah bahwa iman bisa naik dan turun.
Usia Emas dan Pemanfaatannya
Usia emas, kisaran usia 15-40 tahun, adalah waktu berharga yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Jangan sia-siakan setiap detiknya, karena masa hidup terus berkurang. Manfaatkan peluang ini dengan baik, agar kelak tidak menyesal.
Bertambahnya Iman melalui Alquran
Al-Quran diberikan sebagai warisan kepada hamba-hamba pilihan.
Kemudian, Kitab Suci itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Lalu, di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Itulah (dianugerahkannya kitab suci adalah) karunia yang besar. (QS. Fatir: 32)
Melalui dalil-dalil yang menyatakan bahwa iman bertambah berdasarkan Alquran, kita akan memahami bagaimana Alquran menjadi penambah iman bagi seorang muslim.
(yaitu) mereka yang (ketika ada) orang-orang mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan (pasukan) untuk (menyerang) kamu. Oleh karena itu, takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung. (QS. Ali Imran: 173)
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal, (QS. Al Anfal: 2)
Apabila diturunkan suatu surah, di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” Adapun (bagi) orang-orang yang beriman, (surah yang turun) ini pasti menambah imannya dan mereka merasa gembira. (QS. At Taubah: 124)
Ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.” Benarlah Allah dan Rasul-Nya. Hal itu justru makin menambah keimanan dan keislaman mereka. (QS. Al Ahzab: 22)
Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Milik Allahlah bala tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (QS. Al Fath: 4)
Kami tidak menjadikan para penjaga neraka, kecuali para malaikat dan Kami tidak menentukan bilangan mereka itu, kecuali sebagai cobaan bagi orang-orang kafir. (Yang demikian itu) agar orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin, orang yang beriman bertambah imannya, orang-orang yang diberi kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu, serta orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (berkata,) “Apakah yang dikehendaki Allah dengan (bilangan) ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang Dia kehendaki (berdasarkan kecenderungan dan pilihan mereka sendiri) dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapan mereka untuk menerima petunjuk). Tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri. Ia (neraka Saqar itu) tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia. (QS. Al Muddasir: 31)
Manusia dalam Tiga Tingkatan
- Muqarrabun: Mereka yang bersegera menjalankan kebaikan, mematuhi kewajiban, melaksanakan sunnah, dan menjauhi yang haram serta makruh. Mereka adalah orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah.
- Orang Pertengahan: Mereka yang melaksanakan kewajiban, menjauhi yang haram, tetapi kurang semangat dalam melaksanakan yang disunnahkan. Mereka merupakan golongan yang berada di tengah-tengah.
- Orang Dzolim: Mereka yang tidak hanya meninggalkan sunnah, bahkan kewajiban sering ditinggalkan, dan terkadang melakukan hal-hal yang haram. Mereka berada dalam kondisi yang merugikan diri sendiri.
Melalui rangkuman kajian ini, semoga bermanfaat dan bisa kita amalkan di dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin. Barakallahu fiikum