Gunakan Metode Terbaik
RAGAM PRIORITAS
Sebuah keutamaan terletak pada kemampuan seseorang untuk menguasai berbagai macam ilmu, sebagaimana Ibnul Jauzy rahimahullah menyatakan, “Menguasai berbagai macam ilmu adalah sebuah hal yang istimewa.”
Orang yang mulia tidak seharusnya meninggalkan ilmu yang bermanfaat. Studi ilmu bisnis, pertanian, kedokteran, dan lainnya, selama ilmu tersebut memberikan manfaat, harus dikejar. Hal ini berlaku baik untuk ilmu agama maupun ilmu dunia.
Bahasa adalah jendela ilmu. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari bahasa Arab dan Inggris, Memperkaya kosa kata adalah kunci untuk menjadi cerdas dan mampu berkomunikasi dengan beragam orang.
Nabi Adam diajarkan tentang berbagai nama benda oleh Allah.
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!” (QS. Al Baqarah: 31)
Merendahkan ilmu yang tidak diketahui seharusnya dihindari, selagi ilmu tersebut tidak pernah dicela oleh agama. Hindarilah mengatakan, “Ah, itu hanya ilmu dunia!”.
Ilmu dunia seperti kedokteran, bisnis, dan teknologi produksi juga memiliki nilai penting. Oleh karena itu, orang yang berakal seharusnya berbicara berdasarkan ilmu atau memilih diam berdasarkan kebijaksanaan.
- Prioritaskan ilmu yang membuat seorang hamba dapat beribadah kepada Allah, yaitu Rukun Islam. Pelajari Tauhid, memahami Syahadat, dan mendalami ilmu tentang Shalat, termasuk menghayati bacaan shalat. Pahami juga ilmu tentang puasa Ramadan, termasuk kapan puasa dianggap sah dan kapan pahala puasa Ramadan dapat diperoleh, bahkan saat sedang haid. Bagi yang memiliki harta di atas 85 juta, pelajari peraturan zakat mal. Serta, mendalami ilmu tentang ibadah haji. Jika kelima pokok tersebut dipahami dengan baik, sudah dapat dianggap sebagai pemahaman yang utama (primer).
- Pelajari ilmu yang menarik hati, baik itu berkaitan dengan satu bidang atau lebih. Jika Anda senang dengan bahasa Arab, pelajari dengan mendetail. Jika tertarik pada ilmu hadits, eksplorasi dengan sungguh-sungguh. Meskipun melakukan multitasking, tetapi utamakan pemahaman pada ilmu yang bersifat primer terlebih dahulu.
Jika ada minat dan bakat tertentu, nikmatilah proses belajar tersebut, dan kembangkan kemampuan Anda untuk memahami. Pilihan untuk belajar secara bertahap atau dengan pendekatan disiplin juga bisa dijalankan. Namun, jika Anda lebih condong pada singletasking, fokuslah terlebih dahulu pada satu ilmu sebelum melanjutkan ke ilmu yang lain.
BERSEGERA MUMPUNG MASIH MUDA
Menuntut Ilmu ketika masih muda cenderung lebih mudah dikuasai dan meninggalkan bekas yang mendalam dalam ingatan. Seperti yang diungkapkan oleh Al Hasan Al-Bashriy, “Belajar di masa kecil bagaikan mengukir di atas batu – sulit, namun meninggalkan bekas yang abadi.”
Al-Mawardiy dalam kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din menjelaskan bahwa belajar di masa tua dapat menjadi lebih sulit karena banyaknya kesibukan, hambatan, dan keterlibatan dalam hubungan sosial, seperti pertemuan dengan klien bisnis dan sebagainya.
Bagi mereka yang mampu mengatasi berbagai rintangan tersebut, mereka akan mampu meraih ilmu dengan penuh potensi dan kesuksesan.
BERTAHAP DAN TIDAK TERGESA-GESA
Proses memperoleh ilmu adalah perjalanan bertahap dan tidak boleh tergesa-gesa. Hati tidak akan mampu menanggung beban ilmu yang berat sekaligus, seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran surah Al-Muzammil ayat 5, “Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu.” Perkataan berat disini maksudnya adalah Al-Qur’an.
Al-Quran juga mengingatkan dalam surah Al-Qamar ayat 17 bahwa Tuhan memudahkan, Sungguh, Kami benar-benar telah memudahkan Al-Qur’an sebagai pelajaran. Maka, adakah orang yang mau mengambil pelajaran? dan itulah alasan turunnya Al-Quran secara bertahap, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Furqan ayat 32. Orang-orang yang kufur berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Nabi Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan, dan benar).
Belajar ilmu agama atau ilmu dunia dengan cara bertahap adalah suatu kebijaksanaan. Seseorang yang mencoba mengkaji kitab-kitab besar sebelum waktunya berisiko membahayakan agamanya, melanggar aturan, dan dapat mengakibatkan hilangnya ilmu yang seharusnya diperoleh secara bertahap.
Seperti yang diungkapkan oleh Abdul Karim ar-Rifa’iy dalam analogi makanan, “Makanan orang dewasa adalah racun bagi bayi, semisal bayi diberi rendang. Tidak mungkin begitu. Bahkan makanan bayi pun harus diberikan secara bertahap, dimulai dari bubur, lalu nasi di-blender, baru kemudian dapat mengonsumsi nasi utuh.”
SABAR DALAM BELAJAR DAN MENGAJAR
Dalam proses belajar dan mengajar, kesabaran memegang peran kunci. Keberhasilan dalam upaya ini ditopang oleh doa-doa yang melimpah, mengingat bahwa kemampuan kita merupakan anugerah dari pertolongan Allah. Mengejar cita-cita yang tinggi seringkali memerlukan disiplin dan paksaan terhadap diri sendiri untuk bersabar.
Perjalanan mencapai kebaikan, penting untuk mengatasi rasa malas yang selalu menghampiri. Seperti dalam olahraga, kelelahan harus diatasi dengan semangat. Seorang mahasiswa juga harus memaksa diri untuk belajar agar dapat mencapai kelulusan. Begitu pula dalam mencari harta dunia, malas adalah musuh yang harus dihindari.
Yahya bin Abi Katsir rahimahullah menegaskan bahwa ilmu tidak akan diperoleh dengan bersantai-santai. Oleh karena itu, kesabaran menjadi kunci untuk menghilangkan kebodohan dan merasakan kenikmatan ilmu.
Setiap orang bisa melakukan beberapa lompatan untuk mencapai puncak ketinggian, namun sedikit saja yg konsisten hingga tujuan.
SENANTIASA MENJAGA ADAB ILMU
Menjaga adab ilmu merupakan landasan utama dalam perjalanan menuju pengetahuan. Tanpa adab, seseorang sulit terangkat tinggi, bahkan jika memiliki latar belakang bangsawan. Kunci kebaikan baik di dunia maupun akhirat terletak pada adab.
Adab menjadi sarana terbesar untuk meraih kebaikan dalam kehidupan ini dan di akhirat. Pentingnya adab terlihat dari fakta bahwa ia menjadi fondasi utama kesuksesan seorang individu.
Adab yang perlu dijaga melibatkan berbagai aspek, mulai dari adab personal, adab saat mengikuti pelajaran, hingga adab terhadap guru dan teman.
Al-Laits bin Sa’ad rahimahullah bertemu sekelompok pelajar hadits. beliau melihat ada perilaku yg kurang pas di antara mereka. Maka beliau berkata, “Apa-apaan ini? Kalian itu lebih membutuhkan adab walaupun sedikit, dibanding ilmu meskipun banyak.”.
Dalam rentang usia 0-7 tahun, diajarkan kemandirian dan kemampuan bertahan hidup, termasuk tugas-tugas seperti mencuci piring dan mencuci baju. Setelah itu, fase selanjutnya adalah memahami dan mempraktikkan adab, dengan merujuk pada hadits-hadits yang mengajarkan nilai-nilai tersebut.
Catatan yang membahas adab dan akhlak dalam pekan kedua bersama Ustadz Ratno Abu Muhammad Lc, M.Ag dengan merujuk pada dua kitab, yaitu “Khulasah Ta’dzimul Ilmi” dan “Al-Adabul Asyarah” oleh Syaikh Shalih bin Hamd Al-‘Ushaimi. Semoga Allah merahmati keduanya, aamiin.
Semoga ilmunya dapat bermanfaat bagi kita semua dan Allah memudahkan kita untuk mengamalkannya, aamiin.